SURABAYA – Sebanyak 40 persen dari 80 pasien balita yang berkunjung tiap hari di Poli Tumbuh Kembang Anak RSUD dr Soetomo mengalami gangguan bicara dan bahasa. Ironisnya, sebagian balita dengan gangguan tersebut adalah anak dari orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya.
Konsultan Tumbuh Kembang Anak RSUD dr Soetomo, dr Mira Irmawati Sp A (K), mengaku bahwa tim tumbuh kembang anak RSUD dr Soetomo takut dengan meningkatnya jumlah pasien balita yang mengalami gangguan bicara dan bahasa. Pasalnya, kecerdasan anak bisa dilihat sedari dini dari dua faktor, yakni, bicara dan bahasa.
"Setiap anak memang tumbuh kembangnya berbeda. Ada yang dua tahun baru bisa bicara. Tapi, kalau sampai empat tahun belum bisa komunikasi dengan baik, ini yang salah siapa?" kata Mira, saat acara seminar di Novotel Surabaya Hotel & Suites, kemarin (5/11).
Menurut dia, peningkatan angka hingga 40 persen ini memang mengkhawatirkan. Sebab, pada 2013, jumlahnya 30 persen dari 80 kunjungan. Sisanya adalah balita yang mengalami stunting, cerebral palsy, down syndrome, dan autis.
Dari beberapa kasus yang ditangani di poli tumbuh kembang anak RSUD dr Soetomo, Mira mengungkap, sebagian anak yang mengalami gangguan bicara dan bahasa ini karena jarang diajak berkomunikasi oleh orang tuanya. Sebagian dari anak-anak balita itu sudah asyik dengan dunianya sendiri. Seperti, menonton televisi, bermain handphone, game, dan lain-lain. "Orang tua sekarang sibuk kerja. Mereka berpikir anak diberikan mainan dan makanan mahal sudah cukup," kata dia. (han/c2/hen/radarsurabaya)