Anda pernah memakan sesuatu yang tidak bisa diterima oleh tubuh Anda sendiri? Hal ini memang terlihat sepele, namun jika intensitasnya sering dan parah, maka Anda mungkin memiliki masalah pencernaan yang lebih besar yang disebut intoleransi makanan.
Intoleransi makanan terjadi lebih sering seiring pertambahan usia karena pencernaan Anda secara alami menjadi lebih lambat dan tubuh Anda memproduksi enzim yang lebih sedikit untuk mencerna makanan. Hal itu mengakibatkan bakteri memiliki waktu lebih lama untuk melakukan fermentasi di saluran pencernaan dan menyebabkan manusia mengalami stress pencernaan.
Seiring berjalannya waktu, Anda juga bisa lebih sensitif terhadap jenis makanan tertentu, bahan kimi, atau zat aditif. Kepekaan terhadap makanan yang paling ditemukan pada zat laktosa dan gluten. Dengan intoleransi laktosa, tubuh Anda tidak dapat memecah laktosa gula dalam produk susu karena usus Anda mengandung penurunan kadar enzim laktase usus. Sementara itu, orang dengan sensitivitas gluten mengalami kesulitan mencerna gluten, protein yang ditemukan dalam terigu, gandum, dan barley.
Cara paling mudah yang bisa Anda lakukan untuk melacak kemungkinan intoleransi makanan adalah dengan memiliki buku harian atau diary tentang makanan yang Anda konsumsi. Anda bisa mengamati gejala umum dari intoleransi makanan seperti mual, diare, kram, dan sakit perut, namun bisa juga melibatkan masalah lain seperti muntah, mulas, sakit kepala, hingga gugup.
Intoleransi makanan juga sangat sulit untuk ditemukan karena Anda mungkin dapat makan dalam jumlah sedikit tanpa reaksi apapun, namun baru bereaksi setelah makan dalam jumlah besar atau dengan frekuensi yang sering.
Cara terbaik untuk mengidentifikasi makanan bermasalah adalah dengan menuliskan apa yang Anda makan tiap kali makan, termasuk makanan individu dan porsi. Kemudian tuliskan gejala yang terjadi setelah itu dan beri penilaian tingkat intensitasnya pada skala 1-10, dengan 1 tanpa reaksi dan skor 10 yang merupakan paling parah.
Catatlah secara rutin selama 2 minggu hingga 1 bulan untuk meninjau hubungan antara makanan dengan gejala yang umum Anda alami. Setelah menemukan makanan mana yang bermasalah, hilangkanlah makanan itu dari diet Anda.
Selain menghilangkannya dari diet, Anda juga bisa mengurangi porsinya jika masih ingin bisa menikmatinya. Kemudian Anda juga dapat melakukan penyesuaian kombinasi makanan tertentu untuk mencegah intoleransi makanan. Setelah itu, carilah makanan penggantinya untuk menemukan pengganti nutrisi penting yang mungkin hilang dari makanan bermasalah tersebut.