Film ‘To the Bone’ yang disiarkan Netflix telah menjadi subjek diskusi publik karena menggambarkan tentang seseorang perempuan muda dengan anoreksia nervosa dan mengalami gangguan makan. Beberapa orang tua khawatir tentang apakah film ini aman ditonton anak-anak mereka, apakah perilaku makan yang tidak teratur pada anak-anak bisa mendorong risiko penyakit tersebut, atau apakah anoreksia nervosa ini bahkan mungkin menjadi sesuatu yang diinginkan anak-anak.
Pertama, yang harus Anda ketahui adalah bahwa gangguan makan merupakan kondisi kejiwaan yang serius yang dapat memengaruhi emosional dan sosial seseorang serta dapat mengakibatkan masalah fisik jangka panjang, bahkan kematian. Gangguan ini sering muncul ketika usia remaja dan dewasa muda, namun bisa dimulai sejak masa anak-anak. Meski penyakit ini sangat individual dan tanpa sebab, namun faktor yang berkontribusi di antaranya genetika dan lingkungan (sosial dan pengasuhan), tekanan masyarakat, kesehatan emosional, dan bahkan olahraga tertentu.
Film ‘To the Bone’ sendiri menceritakan seorang gadis berusia 20 tahun bernama Ellen yang menderita anoreksia nervosa. Dia dibebaskan dari pusat perawatan rawat inap keempatnya, bukan karena dia sudah sembuh, tetapi karena dia pemberontak dan tidak kooperatif. Saat dia terus berjuang melawan penyakitnya, Anda bisa belajar tentang kehidupan keluarga Ellen, dan perjalanan dirinya saat dia memasuki perawatan rawat inap lainnya yang memerlukan pendekatan pengobatan yang unik, sambil menyaksikan bagaimana kelainannya memengaruhi pikiran, perilaku, dan keadaannya.
Seperti banyak film yang menggambarkan penyakit melalui narasi karakter tunggal, ‘To the Bone’ mencoba menemukan yang universal pada pasien individual. Namun, ‘To the Bone’ sebenarnya jatuh ke dalam stereotip yang sudah usang. Ellen adalah gadis kulit putih, atraktif, kaya raya dengan ibu tiri yang bermaksud baik namun mengganggu, dan ayah yang tidak hadir. Film ini menunjukkan bagaimana rasanya hidup dengan gangguan makan, tetapi ia gagal menangkap keparahan yang disebabkan anoreksia nervosa. Pasalnya, lebih banyak orang meninggal karena anoreksia nervosa dibandingkan dengan diagnosis psikiatri lainnya.
Ellen sendiri mudah disukai, terutama bagi remaja. Dia lucu, kurang ajar, dan menegaskan bahwa dia memegang kendali. Remaja yang berjuang dengan gangguan makan, dan seringkali, menawan, baik karena ingin merasa atraktif atau mengalihkan perhatian orang lain dari penyakit yang dideritanya. Tetapi, ia juga merasakan keputusasaan mendalam, sesuatu yang tersirat, yang sayangnya tidak benar-benar ditunjukkan dalam ‘To the Bone’.
Nah, pertanyaannya adalah, apakah anak Anda harus menonton film ini, atau acara TV lainnya yang menggambarkan masalah kesehatan atau gaya hidup remaja. Yang perlu dicatat, selalu lebih mudah untuk mendiskusikan masalah yang dialami orang lain (terutama tokoh fiksi) dibandingkan yang dihadapi oleh diri kita sendiri. Jika Anda memutuskan untuk ‘mengambil risiko’ memicu remaja Anda sebanding dengan manfaat diskusi terbuka tentang gangguan makan, pastikan Anda untuk ikut serta bersama menonton fil tersebut dengan anak Anda.
Dengarkan apa yang dia katakan dan apa yang dia ingin hindari, pahami perspektif, pikiran, dan perasaannya. Tanggapi dengan jujur dan sikap peduli. Buatlah situasi yang nyaman baginya untuk berbicara. Jadilah, eksplisit tentang cinta dan dukungan Anda. Jadilah seakurat dan selengkap yang Anda bisa, mengakui ketika Anda tidak tahu jawaban, lalu menawarkan untuk mencari jawaban dan memikirkannya bersama-sama.