Dokter secara tradisional memperbolehkan melakukan tes kolesterol setelah pasien puasa semalam. Tetapi, persyaratan ini menyebabkan beban yang signifikan pada kedua sisi persamaan perawatan kesehatan. Kebanyakan orang tidak suka berpuasa. Melewatkan makan sangat sulit bagi orang yang aktif, penderita diabetes, dan anak-anak. Namun, kembali untuk berkunjung lagi lebih merepotkan. Dan, itu juga menguras tenaga dokter, menghasilkan pesanan tes ulang, panggilan telepon, dan kunjungan pasien.
Pedoman internasional yang diterbitkan di European Heart Journal menjadi rekomendasi resmi terbaru terhadap puasa rutin untuk tes kolesterol. Panduan ini membela apa yang banyak sistem perawatan kesehatan dan banyak dokter lakukan selama beberapa tahun. Mereka harus dipenuhi dengan penerimaan universal, bahkan jika membutuhkan waktu beberapa saat. Ada beberapa alasan ilmiah yang mendukung perubahan ini.
Ketika dokter menguji kolesterol, mereka hampir selalu melakukan sekelompok tes yang disebut panel lipid (lipid adalah molekul yang mengandung lemak). Panel ini biasanya mencakup empat langkah terpisah:
- Konsentrasi kolesterol total.
- Low-density lipoprotein (LDL), sering disebut kolesterol ‘jahat’. Jumlah LDL dalam darah Anda sangat memprediksi risiko penyakit kardiovaskular, karena tingkat yang lebih tinggi berkaitan dengan perkembangan plak di arteri.
- High-density lipoprotein (HDL), sering disebut ‘kolesterol baik’, karena tingkat yang lebih tinggi melindungi terhadap penyakit jantung.
- Trigliserida (jenis molekul lipid yang berbeda). Tingginya kadar trigliserida juga terkait dengan penyakit vaskular, meskipun hubungan ini tidak terdefinisi dengan baik.
Lipid secara tradisional dites setelah berpuasa karena dua alasan utama. Yang pertama adalah meminimalkan variasi, karena makan dapat memengaruhi beberapa tingkat lipid. Yang kedua adalah untuk menghasilkan penghitungan kolesterol LDL yang lebih baik, yang sering berasal dari persamaan yang diduga memberikan hasil yang sangat terdistorsi setelah makan. Namun, studi yang lebih baru telah banyak menyangkal kekhawatiran ini.
Tes Tanpa Berpuasa
Para ilmuwan sekarang setuju bahwa sedikit makan, memiliki efek yang tidak signifikan secara klinis pada tiga bagian dari profil lipid, yaitu kolesterol total, HDL, dan LDL. Makanan meningkatkan kadar trigliserida selama beberapa jam, biasanya hingga tingkat sedang. Setelah makan tinggi lemak, peningkatan ini bisa sangat mencolok. Oleh karena itu, dokter mungkin masih memerintahkan puasa sebelum tes trigliserida.
Mungkin yang lebih penting, analisis berskala besar telah menunjukkan bahwa lipid non-berpuasa tidak memperlemah hubungan antara kadar kolesterol dan kejadian berbahaya seperti serangan jantung dan stroke. Bahkan, langkah-langkah pasca-makan dianggap memperkuat kemampuan tingkat lipid untuk memprediksi risiko kardiovaskular. Pengamatan ini mungkin berasal dari fakta bahwa kebanyakan orang makan beberapa kali ditambah camilan di siang hari. Itu berarti kita menghabiskan sebagian besar waktu kita dalam keadaan ‘makan’. Jadi, kadar lipid setelah makan mungkin paling mencerminkan fisiologi normal kita.
Namun, beberapa tes lipid setelah puasa akan tetap diperlukan, terutama pada orang dengan trigliserida yang sangat tinggi. Dan, beberapa orang masih perlu berpuasa untuk tingkat gula darah, meskipun tes alternatif untuk diabetes (hemoglobin A1c) telah menggantikan banyak pengujian ini. Tetapi, untuk sebagian besar, termasuk mereka yang memiliki tes kolesterol rutin guna menimbang risiko kardiovaskular dan bagi mereka yang memakai terapi obat, berita ini adalah berita baik.