Setelah melakukan operasi untuk menghilangkan kelenjar kanker prostat, beberapa orang masih sering mengalami kekambuhan biokimia, yang berarti bahwa prostate-specific antigen (PSA) masih terdeteksi dalam darah mereka. PSA yang mengendap ini bisa membentuk tumor baru sebelum bisa dilihat dengan teknologi pencitraan modern. PSA memang tidak selalu menandakan kanker, tetapi merupakan penanda yang sangat sensitif untuk pertumbuhan kanker baru setelah pengobatan awal.
Untuk mencegahnya, dokter biasanya melakukan radiasi atau penyinaran pada area “tempat tidur” prostat. Penelitian telah menunjukkan bahwa pengobatan ini, yang disebut sebagai salvage radiation, dapat membantu meminimalkan risiko kanker prostat akan kembali dan menyebar atau bermetastasis. Namun, seringkali dokter tidak tahu apakah kekambuhan biokimia tersebut adalah benar-benar kanker, sehingga mereka harus menunggu untuk melihat apakah tingkat PSA akan meningkat lebih jauh.
Pada bulan Oktober 2016, para peneliti melaporkan bahwa pemberian radiasi penyelamatan pada PSA yang terdeteksi secara substansial dapat mengurangi risiko metastasis. “Kami menemukan bahwa intervensi dini dengan radiasi berpotensi meningkatkan angka kesembuhan,” kata ahli onkologi radiasi di Cleveland Clinic, Rahul Tendulkar, M.D.
Tendulkar dan rekan-rekannya melakukan radiasi penyelamatan ini kepada hampir 2.500 pasien pasca-bedah operasi di 10 rumah sakit akademik yang berbeda antara tahun 1987 hingga 2013. Dari jumlah tersebut, 599 memiliki kanker dengan risiko rendah, sementara yang lain memiliki penyakit berisiko tinggi. Beberapa pria juga memiliki margin positif, yang berarti bahwa sel-sel kanker mungkin masih bersembunyi meski prostat telah dihapus.
Menurut hasil penelitian, kejadian metastasis pada lima tahun setelah operasi adalah 9% dari laki-laki yang diberikan radiasi penyelamatan untuk tingkat PSA mulai 0,01-0,2 nanogram per mililiter (ng/mL). Sebaliknya, tingkat kejadian metastasis adalah 15% dari pria yang dirawat dengan kadar PSA mulai 0,2 sampai 0,5 ng/mL.
American Urological Association and the American Society of Radiation Oncology merekomendasikan radiasi penyelamatan diberikan pada tingkat PSA yang mencapai atau melebihi 0,2 ng/mL. Tetapi, Tendulkar mengatakan bahwa hasil yang didefinisikan tahun lalu, sebelum metode ultra-sensitif untuk mendeteksi PSA menjadi lebih luas.
“Dalam era baru dari pengujian ultra-sensitive PSA, kita tidak tahu apakah memberikan radiasi penyelamatan di tingkat bawah akan membuat perbedaan atau tidak,” kata Tendulkar. “Sekarang, kita tahu mengenai hal tersebut.”
Tendulkar juga mengatakan bahwa keputusan untuk memulai radiasi penyelamatan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti usia, masalah kesehatan lainnya, dan agresivitas kanker. Dalam sebuah artikel, Paul Nguyen, M.D., seorang ahli onkologi radiasi di Dana Farber Cancer Institute, di Boston dan seorang profesor di Harvard Medical School, menulis bahwa studi Tendulkar ini “akan menjadi standar emas” untuk pria dalam mempertimbangkan radiasi penyelamatan setelah perawatan bedah untuk kanker prostat.