Kemoterapi merupakan salah satu cara yang umum digunakan sebagai perawatan untuk kondisi kanker. Meski demikian, banyak pasien yang belum mengetahui bagaimana dan kapan harus melakukan kemoterapi. Nah, berikut beberapa hal yang perlu Anda ketahui sebelum melakukan perawatan kemoterapi, terutama yang mengidap kanker.
Kasus Kanker Berubah
Kasus kanker cenderung berubah. Dokter mungkin memberi Anda prognosis dan rencana perawatan setelah gambar pertama atau biopsi, tetapi kemudian mengubah prognosis atau pengobatan setelah mendapatkan informasi lebih lanjut tentang kanker Anda dari pengujian lebih lanjut. Setelah diagnosis, mungkin Anda terus mengatakan pada diri sendiri bahwa kanker Anda stadium I, tidak diperlukan kemoterapi. Tetapi, kemudian, Anda mungkin akan marah ketika tes lebih lanjut mengungkapkan bahwa genetika kanker Anda membuatnya lebih serius, dan kemoterapi itu perlu ditambahkan ke rencana perawatan.
Jangan Panik
Pengalaman kemoterapi setiap orang benar-benar berbeda. Mungkin, ada seorang pasien yang telah mengalami beberapa kali rawat inap karena sistem kekebalan telah dikompromikan. Dia sangat sakit sehingga kadang-kadang dokter harus menunda infus untuk memberikan waktunya sedikit lebih kuat. Sementara, pasien yang lain mengatakan dia tidak ingin makan karena semua terasa seperti logam baginya, sedangkan yang lainnya mungkin berjuang dengan ruam di kulit.
Berbagai hal berbeda, dan itu memang tidak menyenangkan. Tetapi, mereka juga tidak seburuk yang harus Anda takutkan. Ingat bahwa setiap tubuh bereaksi berbeda terhadap obat-obatan tertentu. Anda mungkin mengalami kesulitan, atau mungkin tidak. Hal terbaik yang harus dilakukan adalah menunggu dan melihat.
Jangan Berencana Sebelum Menjalani Kemoterapi
“Reaksi saya terhadap diagnosis kanker adalah menyelami apa yang oleh suami saya disebut ‘biblio-therapy’,” ujar Heather Millar, dalam sebuah kolom di WebMD.com. “Sebagai seorang jurnalis, saya meneliti sampai mati. Ketika saya melakukan infus pertama saya, saya merasa dipersenjatai dengan informasi untuk menaklukkan chemo. Saya sudah merencanakan semuanya.”
Ia melanjutkan, dirinya yakin bahwa ia akan segera sakit. Namun, selepas terapi, ia pilang ke rumah dan makan malam dengan teman-teman. Hari kedua, ia merasa lelah dan hari ketiga merasa benar-benar sakit dan tidak bisa bergerak. Itu berlangsung selama 3 atau 4 hari. Kemudian, secara bertahap, dirinya mengaku menjadi lebih baik. “Ketika saya merasa hampir normal lagi, sudah waktunya untuk infus berikutnya,” tambah Millar.
“Saya berharap untuk muntah sepanjang waktu, tetapi hampir tidak bisa,” sambung Millar. “Saya tidak mengharapkan otak kemoterapi, tetapi pemikiran saya menjadi sangat kabur, saya hampir tidak bisa membaca buku. Saya membayangkan bahwa saya akan berakhir di rumah sakit pada suatu saat selama perawatan, tetapi tidak. Pola setiap orang sedikit berbeda. Tunggu untuk melihat apa yang Anda miliki sebelum membuat banyak rencana.”
Efek Kemoterapi Bersifat Kumulatif
“Saya tinggal di California pesisir, tempat olahraga tidak begitu umum menjadi hobi sebagai cara hidup,” kata Millar. “Jadi, saya bertekad untuk terus menggerakkan tubuh saya saat saya menjalani perawatan. Saya memiliki kebiasaan mendaki gunung kecil di sekolah putri saya setiap hari. Untuk tiga siklus pertama, saya bisa mencapai puncak. Tetapi, pada siklus terakhir, saya butuh satu jam hanya untuk mendapatkan sepertiga dari jalan ke puncak.”