Jumlah penderita asma saat ini telah meningkat, dengan 1 dari 12 orang di Amerika Serikat memiliki penyakit tersebut, demikian laporan Centers for Disease Control and Prevention. Umumnya, penderita asma lebih mudah sakit, dengan mendapatkan infeksi pernapasan yang lebih sering. Karena itu, tidak mengherankan jika kemudian para penderita asma ini sering diberi resep antibiotik. Pertanyaannya sekarang, apakah antibiotik ini benar-benar dapat membantu?
Sebuah studi terbaru yang diterbitkan dalam Journal of American Medicine Association melihat efektivitas antibiotik yang disebut azithromycin untuk mengobati serangan asma. Dalam suatu tes yang dijuluki AZALEA, bertujuan untuk melihat apakah menambahkan azithromycin untuk pengobatan biasa membantu seseorang sembuh dari serangan asma lebih cepat.
Untuk diketahui, azithromycin merupakan antibiotik yang sering diresepkan bagi penderita asma, sehingga sangat penting untuk mengetahui apakah obat ini bekerja secara efektif. Sebelumnya, studi menunjukkan bahwa obat yang lebih terdahulu, yaitu telithromycin, ternyata tidak membantu orang sembuh dari serangan asma lebih cepat. Dokter kemudian jarang meresepkan obat ini karena dapat menyebabkan efek samping yang serius.
Peserta dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok diberi pengobatan biasa untuk serangan asma (pil anti-inflamasi dan perawatan pernapasan), ditambah azithromycin. Sementara, kelompok lain diberi pengobatan standar untuk serangan asma ditambah placebo, atau pil gula. Untuk membantu mengurangi kerancuan, para peneliti mengecualikan penderita asma yang telah mengonsumsi antibiotik selama empat minggu sebelum penelitian.
Pada akhir penelitian, para peneliti menyimpulkan bahwa kedua kelompok pulih dari serangan asma mereka pada saat yang berbarengan. Hal tersebut membuktikan bahwa azithromycin tidak membuat seseorang sembuh lebih cepat dari asma, dan mereka yang tidak menerima azithromycin masih punya peluang yang lebih baik.
Azithromycin sebenarnya merupakan antibiotik yang sering diresepkan di AS pada tahun 2010 dan masih banyak ditemukan hingga hari ini. Tetapi, popularitas antibiotik ini menimbulkan risiko, yaitu banyak bakteri yang telah menjadi kebal terhadap azithromycin. Selain itu, sebagian orang dewasa dengan serangan asma akan memiliki infeksi virus pernapasan, dan antibiotik tidak membunuh virus.
Kesimpulan berikutnya yang bisa ditarik dari penelitian tersebut adalah, bahwa 90 persen dari penderita asma yang dipertimbangkan untuk diteliti awalnya telah menerima antibiotik pada bulan sebelumnya. Meski tidak diketahui alasan mengapa antibiotik tersebut diresepkan, namun resep antibiotik yang tinggi pun tidak membantu seseorang untuk sembuh lebih cepat dari serangan asma.