Beras merah saat ini sudah sering digunakan sebagai menu diet sehat untuk menurunkan berat badan serta pengobatan bagi penderita diabetes. Pasalnya, beras merah ini disebutkan memiliki kandungan yang lebih sehat dan bergizi jika dibandingkan beras putih yang biasa dikonsumsi kebanyakan masyarakat Indonesia.
Beberapa nutrisi yang terkandung dalam beras merah adalah karbohidrat (85 persen, 8 persen berasal dari protein dan 7 persen dari lemak), serat (7 persen), vitamin B (termasuk thiamin, riboflavin, vitamin B-6, dan niacin), magnesium, fosfor, kalsium, dan kalium. Dengan kandungan tersebut, beras merah diyakini cocok untuk menurunkan berat badan, pencernaan, mengontrol gula dalam darah, menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL), sumber antioksidan, dan mencegah terjadinya batu empedu.
Meski cocok untuk penderita diabetes, tetapi apakah beras merah juga aman dikonsumsi mereka yang mengalami diabetes gestational? Diabetes gestational atau diabetes gestational mellitus (GDM) sendiri merupakan sub-tipe diabetes mellitus yang terjadi selama masa kehamilan. Meski, level glukosa akan kembali normal pasca-kelahiran, namun GDM ini perlu ditangani dengan baik agar si ibu tidak mengembangkan risiko diabetes tipe 2 beberapa tahun usai kehamilan.
Salah seorang pembaca Strait Times bernama Kelly Ho menyoroti sarapan sereal organik yang mengandung 67 persen tepung beras merah, 4 gram gula per porsi, dan pir konsentrat. Dia khawatir bahwa komposisi ini dapat menyebabkan lonjakan gula dalam darah, terutama pada perempuan yang menderita diabetes gestational.
Wartawan kesehatan senior, Salma Khalik, menjawab keluhan Kelly tersebut dengan mengatakan bahwa seseorang dengan diabetes gestational harus diperlakukan sama seperti seseorang yang menderita diabetes pada umumnya. “Para ahli dari Health Promotion Board memberikan jaminan bahwa biji-bijian, seperti beras merah dan millet, dapat membantu mengontrol respon gula darah tubuh setelah makan,” katanya.
“Seluruh biji-bijian juga kaya serat, vitamin, mineral, dan fitokimia yang membuat seseorang kenyang lebih lama sehingga meminimalkan ngemil,” sambungnya. “Namun, meski biji-bijian sangat baik untuk kesehatan, tetapi penting juga untuk memiliki diet yang seimbang.”
Ditambahkan Salma, lonjakan gula darah juga dapat dikontrol dengan mengonsumsi protein seperti ikan, ayam, dan kedelai bersama-sama dengan karbohidrat. “Menambahkan serat dalam bentuk buah dan sayuran juga bisa membantu,” tambahnya.
Sementara, konsentrat jus buah pir yang bisa menjadi sangat manis, menurut Health Promotion Board tidak berpengaruh signifikan dalam produksi kadar gula asalkan dikonsumsi dalam jumlah yang tidak berlebihan. “Jadi, mengganti sekitar 20 persen dari nasi putih dengan beras merah dapat mengurangi risiko diabetes,” tutup Salma.