Seorang dokter bernama Monique Tello, MD, MPH, baru-baru ini menceritakan pengalamannya ketika memeriksa seorang wanita muda di klinik. Seperti biasa, dia bertanya apakah wanita muda tersebut ingin diperiksa mengenai penyakit atau infeksi seksual menular, seperti chlamydia pada serviks, gonorrhea, dan trichomonas. Dirinya pun bisa mengumpulkan sampel darah untuk HIV, hepatitis C, syphilis, dan herpes.
Setelah melalui sejumlah perdebatan tentang pro dan kontra melakukan tes tersebut, wanita itu kemudian berkata riang dan menyetujui semuanya. Namun, ketika hasil dikeluarkan dan menunjukkan bahwa ia positif chlamydia, wanita tersebut sontak terkejut dan mengatakan, “Tetapi, saya tidak punya gejala!”
Pengalaman itu menunjukkan bahwa masih banyak orang yang ternyata tidak tahu bahwa mereka terinfeksi penyakit seksual menular. The Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dalam studinya baru-baru ini menerangkan bahwa infeksi seksual menular di AS selama tahun 2015 lalu meningkat secara signifikan, yang meliputi chlamydia, gonorrhea, dan syphilis.
Chlamydia adalah ‘raja’, dengan lebih dari 1,5 juta kasus pada tahun 2015, meningkat 6 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Gonorrhea menyusul dengan 40 ribu kasus, atau meningkat sekitar 13 persen dibandingkan tahun 2014. Infeksi-infeksi ini dapat mengakibatkan penyakit radang panggul, yang menjadi penyebab utama infertilitas, kehamilan ektopik, dan nyeri panggul kronis.
Seorang wanita hamil dengan chlamydia dapat menularkannya ke jabang bayinya dan bayi kemudian dapat mengembangkan infeksi mata dan paru-paru serius. Orang-orang yang berisiko paling tinggi adalah orang-orang muda yang berusia antara 15 hingga 24 tahun, dengan mereka menyumbang lebih dari dua-pertiga dari kasus chlamydia. Inilah sebabnya mengapa CDC merekomendasikan bahwa setiap wanita yang aktif secara seksual di bawah usia 25 harus diperiksa.
Sementara, ada sekitar 24 ribu kasus syphilis, yang menjadi infeksi berbahaya nomor tiga, atau meningkat 19 persen dibandingkan tahun 2014. Gay dan biseksual memiliki risiko paling tinggi untuk penyakit ini, selain gonorrhea, meski ada juga peningkatan yang signifikan dalam kasus syphilis di kalangan perempuan, serta syphilis kongenital yang menyebar dari ibu yang terinfeksi ke bayi mereka.
Syphilis yang tidak segera diobati dapat menyebabkan kebutaan, kelumpuhan, dan demensia pada orang dewasa, serta kejang atau lahir mati pada bayi. CDC pun merekomendasikan bahwa setiap wanita hamil harus diuji untuk tes syphilis, sedangkan gay dan biseksual yang aktif secara seksual harus diuji untuk syphilis di setiap tahunnya.
Jika seseorang tidak tahu bahwa mereka terinfeksi, mereka tidak bisa diobati. Jika mereka tidak diobati, mereka mungkin melakukan hubungan seks dengan banyak pasangan, atau tanpa kondom, dan menyebarkan infeksi. Jadi, tes screening dalam ujian tahunan sangat penting untuk pencegahan infeksi baru.
Sebenarnya, penyebaran chlamydia, gonorrhea, maupun syphilis dapat dicegah dengan penggunaan kondom ketika berhubungan, serta disembuhkan dengan antibiotik. Perlu diingat, semua penyakit menular ini dapat hadir dengan gejala minimal, atau tidak sama sekali. Namun, meski pendidikan seksual sejak dini, yang mencakup instruksi penggunaan kondom, telah dilakukan untuk membantu remaja menunda seks pertama mereka, sayangnya hanya 35 persen dari keseluruhan siswa SMA di AS yang diajarkan bagaimana cara benar menggunakan kondom di kelas kesehatan mereka.