Obat baru untuk pengobatan influenza telah disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA)AS pada Oktober 2018 kemarin, tepat pada waktunya untuk musim flu 2018-2019. Baloxavir marboxil (Xofluza), demikian nama obat ini, dikatakan bekerja melawan dua jenis virus influenza yang menyebabkan penyakit pada manusia, influenza A dan influenza B.
Seperti dikutip dari Harvard Health Publishing, obat baru ini bekerja secara berbeda dari obat yang ada saat ini, termasuk oseltamivir (Tamiflu), zanamivir (Relenza), dan peramivir (Rapivab). Obat-obatan sebelumnya menghambat virus dengan memblokir enzim virus yang disebut neuraminidase. Sebaliknya, baloxavir menghambat subunit dari virus polymerase, enzim yang bertanggung jawab untuk replikasi virus influenza.
Secara sederhana, baloxavir mengganggu kemampuan virus flu untuk berkembang biak, sedangkan obat sebelumnya mengganggu kemampuan virus flu untuk menyebar di dalam tubuh. Mekanisme aksi yang berbeda ini berarti baloxavir mungkin efektif melawan jenis influenza A yang kebal terhadap oseltamivir, obat yang paling banyak digunakan untuk pengobatan influenza. Selain itu, baloxavir juga aktif melawan flu burung.
Percobaan yang disebut CAPSTONE-1, yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine, membandingkan baloxavir dengan oseltamivir dan plasebo untuk pengobatan penyakit mirip influenza. Dalam studi ini (didukung oleh produsen baloxavir), pasien yang sehat, usia 20 hingga 64 tahun, menerima baloxavir dosis tunggal (40 atau 80 mg, tergantung berat pasien); oseltamivir dosis 75 mg dua kali sehari selama lima hari; atau plasebo. Selain itu, anak-anak dan remaja usia 12 hingga 19 tahun secara acak menerima baloxavir atau plasebo.
Riset menunjukkan bahwa baloxavir mengurangi durasi gejala mirip flu sekitar satu hari, dari rata-rata 80,2 jam menjadi 53,7 jam. Pasien yang memulai baloxavir dalam 24 jam setelah onset gejala, memiliki manfaat yang lebih besar dari obat. Baloxavir dengan cepat mengurangi konsentrasi virus influenza dalam sekresi pernapasan, dan melakukannya lebih cepat daripada oseltamivir (masing-masing satu hari dibandingkan tiga hari). Namun demikian, baloxavir dan oseltamivir sama efektifnya dalam mempersingkat durasi gejala mirip flu, dan baloxavir umumnya ditoleransi dengan baik.
Baloxavir disetujui untuk pengobatan influenza pada pasien 12 tahun dan lebih tua yang telah bergejala tidak lebih dari 48 jam. Keuntungan utama baloxavir adalah bahwa satu dosis oral efektif, sedangkan oseltamivir harus diminum dua kali sehari selama lima hari. Namun, kedua obat ini sama-sama mengurangi durasi gejala mirip flu.
Oseltamivir sekarang tersedia secara umum, dan mungkin lebih murah daripada baloxavir. Oleh karena itu, kecuali dokter mencurigai bahwa seseorang tidak dapat atau tidak mungkin menyelesaikan pengobatan selama lima hari, oseltamivir tetap menjadi pilihan yang tepat untuk sebagian besar orang dengan influenza, sambil menunggu data tambahan atau panduan resep.