Setelah makan atau ngemil, mungkin Anda pernah mengalami gejala yang tidak menyenangkan, seperti bersin, mengi, ruam, kepala berkunang-kunang, nyeri sendi, mual, kembung, diare, atau gejala lain. Ini bisa jadi karena Anda memiliki alergi makanan, dan mungkin memang demikian. Namun, kemungkinan juga Anda memiliki intoleransi makanan, penyakit celiac, atau sensitivitas terhadap makanan. Ini penting, karena beberapa reaksi tidak cuma menjengkelkan, tetapi bisa mengancam jiwa.
Apa Itu Intoleransi Makanan?
Intoleransi makanan mengacu pada ketidakmampuan untuk memproses atau mencerna makanan tertentu. Reaksi makanan yang paling umum tampaknya adalah intoleransi laktosa. Seiring bertambahnya usia, kemampuan kita untuk mencerna susu menurun. Karena, usus kita menghasilkan lebih sedikit enzim (laktase) yang memproses laktosa, sejenis gula yang ada dalam susu dan produk susu. Akibatnya, kita memiliki lebih banyak laktosa di saluran pencernaan, yang dapat menyebabkan perut kembung, radang, dan diare.
Untungnya, intoleransi laktosa bukanlah penyakit serius, tetapi bisa sangat tidak nyaman. Menghindari produk susu adalah cara jitu untuk menghindari gejala, dengan beberapa, seperti susu, cenderung menghasilkan gejala yang lebih parah daripada yang lain, seperti yogurt dan keju. Suplemen enzim laktase yang dijual bebas juga dapat membantu.
Bagaimana dengan Alergi Makanan?
Masalah yang lebih parah terjadi ketika seseorang mengembangkan reaksi alergi yang sebenarnya, yakni respons berlebihan dari sistem kekebalan tubuh terhadap zat yang tampaknya tidak berbahaya. Contoh klasik adalah kesulitan bernapas yang berpotensi mengancam jiwa dan tekanan darah rendah setelah terpapar kacang atau makanan laut. Alergi makanan dapat muncul kapan saja dalam hidup kita, bahkan ketika beranjak dewasa.
Jika Anda berpikir Anda mungkin memiliki alergi makanan, pertimbangkan pengujian dan perawatan alergi, terutama jika gejala Anda parah (ruam yang signifikan, rasa ingin pingsan, pembengkakan wajah, dan masalah pernapasan). Berhati-hatilah dalam membaca label bahan. Mungkin, penting membawa suntikan epinefrin jika terjadi kecelakaan atau kontak dengan makanan tersebut dan dapat menyelamatkan nyawa.
Penyakit Celiac
Penyakit celiac memengaruhi sekitar 1% dari populasi orang di belahan Bumi bagian barat. Dalam kondisi autoimun ini, konsumsi gluten memicu reaksi inflamasi kompleks yang dapat membuat orang dengan penyakit celiac menjadi sangat sakit. Penyakit ini bukanlah alergi sejati, sekali makan gluten tidak menyebabkan masalah langsung yang mengancam jiwa. Namun, konsumsi berkepanjangan dan terus-menerus dapat menyebabkan diare, penurunan berat badan, dan kekurangan gizi.
Menghindari gluten adalah satu-satunya solusi untuk masalah ini. Gluten ditemukan dalam berbagai biji-bijian, termasuk gandum, gandum hitam, jelai, semolina, bulgur, dan farina. Banyak makanan olahan yang juga mengandung gluten. Orang dengan penyakit celiac juga harus berhati-hati tentang kontaminasi silang, ketika makanan bebas gluten melakukan kontak dengan makanan yang mengandung gluten.
Pengertian Sensitivitas Makanan
Setelah makan makanan tertentu, sebagian besar populasi mengalami gejala yang tidak berhubungan dengan intoleransi makanan, alergi makanan, atau penyakit celiac. Ini disebut dengan sensitivitas makanan. Meskipun ada kontroversi tentang apa yang sebenarnya terjadi dalam tubuh seseorang dengan sensitivitas makanan, tampaknya paparan makanan tertentu dapat menciptakan reaksi kekebalan yang menghasilkan banyak gejala. Gejalanya tidak mengancam jiwa, tetapi bisa sangat mengganggu, termasuk nyeri sendi, sakit perut, kelelahan, ruam, dan kabut otak.
Metode terbaik untuk mengidentifikasi sensitivitas makanan adalah proses pengamatan dan eksperimen yang cermat. Menghapus makanan tertentu yang diyakini menyebabkan reaksi selama dua hingga empat minggu, memperkenalkannya kembali satu per satu, dan mengamati gejala adalah standar perawatan untuk mengetahui apa yang mungkin menyebabkan gejala.
Apa yang disebut “diet eliminasi”, bukanlah teknologi tinggi, dan jauh dari kata sempurna. Seorang dokter atau ahli gizi dapat memberikan panduan untuk melakukan diet eliminasi, dan dapat membantu Anda memahami keterbatasan dan menghindari kemungkinan jebakan. Menghapus makanan tertentu dapat membantu mencegah gejala yang tidak diinginkan dan meningkatkan kualitas hidup Anda.
Reaksi makanan, terutama kepekaan, juga dapat memudar seiring waktu. Tubuh kita, sistem kekebalan tubuh, dan mikrobioma usus terus berubah, dan apa yang tidak bekerja dengan baik hari ini mungkin baik untuk dimiliki di kemudian hari. Pada titik tertentu, Anda dapat mempertimbangkan untuk memperkenalkan kembali sejumlah kecil makanan yang telah Anda pahami, untuk melihat apa yang dapat Anda toleransi.