Apakah Anda pernah buang air besar dan menemukan darah tersembunyi dalam kotoran Anda? Jika iya, Anda perlu berhati-hati. Pasalnya, meski darah itu tidak terlihat oleh mata telanjang, itu bisa menjadi masalah yang serius, tanda penyakit yang berpotensi mematikan selain kanker usus besar, termasuk penyakit peredaran darah, pernapasan, pencernaan, hormonal atau neuropsikologi, demikian bunyi penelitian baru-baru ini.
“Sebuah tes yang mengambil darah tidak terlihat dalam tinja, yang disebut tes darah okultisme tinja, biasanya digunakan untuk screening kanker kolon. Namun, hasil tes positif mungkin juga menunjukkan masalah serius lainnya,” kata peneliti utama, Dr. Robert Steele, seorang profesor bedah di University of Dundee Ninewells Hospital and Medical School. “Sebagai contoh, darah fecal dapat menandakan peradangan yang disebabkan oleh kanker lain atau bahkan penyakit Alzheimer.”
Dijelaskan Steele, orang-orang dengan jejak darah di usus mereka yang diambil oleh tes screening usus, berada pada risiko 58 persen lebih tinggi untuk kematian dini akibat berbagai penyebab, bukan hanya kanker usus. Meski demikian, Steele menekankan bahwa ini adalah penelitian observasional, dan tidak dapat benar-benar membuktikan bahwa darah tinja adalah penyebab kematian atau tanda penyakit lain.
Steele berspekulasi, peradangan di dalam tubuh dapat menghasilkan perdarahan di usus. Bukti ada bahwa banyak kanker dan penyakit Alzheimer berkembang ketika peradangan sistemik kronis. Sementara itu, Dr. Marc Siegel, seorang profesor klinis kedokteran di NYU Langone Medical Center di New York City, mengatakan peradangan terkait dengan kelebihan berat badan, resistensi insulin, kurang olahraga, dan pola makan yang buruk.
Untuk penelitian ini, para peneliti mengumpulkan data pada lebih dari 134.000 orang, usia 50 tahun hingga 74 tahun, yang dites untuk kanker usus besar di Skotlandia dari Maret 2000 hingga Maret 2016. Lebih dari 2.700 orang memiliki darah dalam kotoran mereka, para peneliti menemukan. Mereka melacak kelangsungan hidup peserta sampai mati atau akhir Maret 2016, mana yang lebih dulu.
Studi mengatakan, orang dengan darah di dalam tinja mereka hampir delapan kali lebih mungkin meninggal akibat kanker usus besar dibandingkan mereka yang tidak memilikinya. Tetapi, darah dalam tinja juga dikaitkan dengan risiko 58 persen lebih tinggi meninggal karena sebab apa pun selain kanker usus besar. Laporan ini sendiri diterbitkan secara online pada 16 Juli 2018 di jurnal Gut.
Dr. Uri Ladabaum, seorang profesor kedokteran di Stanford University School of Medicine di California, mengatakan bahwa penggunaan tes darah tinja okultisme harus dibatasi untuk screening kanker usus besar. Menurutnya, pengujian untuk darah tersembunyi di tinja dapat menemukan kanker kolorektal awal atau pra-kanker, yang menyebabkan penurunan risiko kematian kanker kolorektal.
Meski demikian, ia tidak percaya temuan studi harus memengaruhi praktik saat ini. Menurutnya, program screening kanker kolorektal tidak harus diberi tugas menangani semua kemungkinan risiko kanker non-kolorektal yang mungkin ditandai dengan darah yang tersembunyi di dalam tinja. “Tetapi, dokter diharapkan dapat menyadari risiko ini melalui perawatan pasien rutin. Mereka kemudian dapat mengelolanya melalui kontrol berat badan, diet, olahraga, perawatan diabetes, dan berhenti merokok,” katanya.