Sehat.link – Diabetes merupakan suatu kondisi dimana glukosa atau kadar gula darah seseorang cenderung berada di atas ambang batas normal. Diabetes telah dikategorikan sebagai salah satu penyakit tidak menular yang paling banyak merenggut nyawa penderitanya. Oleh karena itu, badan kesehatan di seluruh dunia menaruh perhatian serius untuk penyakit yang satu ini.
Penyakit yang salah satunya dipicu oleh diet tinggi karbohidrat dan gula ini menjadi momok yang cukup menakutkan bagi masyarakat Indonesia. Jumlah penderita diabetes (terutama diabetes melitus) di Indonesia kian meningkat dari tahun ke tahun, bahkan mulai banyak menyerang kalangan muda.
“Menurut data Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) pada 2035, diperkirakan penderita diabetes di Indonesia akan meningkat menjadi 14,1 juta orang. Dan semakin banyak penderitanya masuk dalam usia produktif, artinya bukan hanya kesejahteraan keluarga saja yang terganggu, tetapi juga beban Negara untuk mengobatinya semakin besar,” ujar Huzna Zahir, Koordinator jaringan Konsumen untuk Indonesia Sehat (KOINS), dalam sebuah acara peringatan Hari Kesehatan Dunia yang jatuh pada hari Kamis (7/4).
Berdasarkan pengungkapan Sample Registration Survey 2014, diabetes diketahui telah menjadi penyakit pembunuh terbesar ketiga di Indonesia. Sementara itu, data dari International Diabetes Federation (IDF) menunjukkan bahwa jumlah penderita diabetes di Indonesia diperkirakan mencapai 10 juta orang, yakni menempati urutan ketujuh tertinggi di dunia. Kecenderungannya, akan terus meningkat dari waktu ke waktu. Misalnya prosentase penderita diabetes pada tahun 2007 mencapai 5,7%, lalu naik menjadi 6,9% pada tahun 2013.
Tingginya prevalensi penderita diabetes di Indonesia menunjukkan bahwa rata-rata masyarakat masih menganut paham konsumsi yang belum benar, yakni tinggi gula, lemak, dan karbohidrat. Hal ini juga didukung oleh gaya hidup yang tidak sehat, stres, serta kurang berolahraga.
Berdasar data yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan RI, dua pertiga penderita diabetes di Indonesia tidak menyadari bahwa dirinya menderita diabetes. Hal ini diperparah dengan rendahnya potensi untuk mengakses layanan kesehatan. Sehingga tak jarang, penderita diabetes datang ke tempat pelayanan kesehatan dalam keadaan terlambat atau setelah menderita komplikasi.