Kanker kolorektal merupakan salah satu jenis kanker yang menjadi momok bagi masyarakat dunia. Menurut penelitian, kanker ini lebih banyak menyerang negara-negara maju. Orang yang tinggal di negara-negara ini memiliki risiko tiga kali lebih besar terkena kanker kolorektal.
Di Singapura, setidaknya ada 9.324 kasus kanker kolorektal selama rentang tahun 2010 hingga 2014. Tak cuma menyerang laki-laki, kanker ini juga menyerang perempuan. Saat ini, kanker tersebut menjadi kanker paling umum yang menyerang laki-laki, dan kanker umum kedua yang menyerang perempuan. Meski bisa terjadi pada semua usia, namun kanker ini sebagian besar menyerang mereka yang berusia lebih dari 50 tahun.
Kanker kolorektal sendiri merupakan kanker yang dimulai dari usus besar (kolon) atau rektum (ujung usus besar). Sembilan puluh persen kasus kanker kolorektal hampir selalu dimulai dengan polip. Namun, ketika menginjak usia lima hingga 10 tahun, sel-sel normal pada lapisan rektum bermutasi dan tumbuh tanpa kontrol. Melalui mutasi gen dari waktu ke waktu, polip yang awalnya tidak terlalu berbahaya berubah menjadi kanker.
Masyarakat perlu mewaspadai risiko diwariskan terkait kanker ini. Diperkirakan, sekitar lima hingga sepuluh persen dari semua kanker kolorektal kemungkinan herediter. Warisan paling umum adalah hereditary non-polyposis colorectal cancer (HNPCC) dan familial adenomatous polyposis (FAP). Kasus HNPCC terjadi tiga sampai lima persen dari populasi, sedangkan kasus FAP terjadi kurang dari satu persen dari populasi.
Di samping itu, penyakit radang usus (penyakit Crohn, ulcerative colitis) juga meningkatkan risiko seseorang untuk terkena kanker kolorektal. Risikonya berpotensi lebih tinggi jika peradangan memengaruhi seluruh usus besar.
Meski demikian, mulai tahun 2005 hingga 2014, tingkat kelangsungan hidup dari kanker kolorektal telah meningkat dari 45 persen menjadi 50 persen, baik untuk laki-laki maupun perempuan. Kemajuan medis, terutama di bidang obat-obatan, telah membuat kemungkinan bertahan hidup dari kanker ini meningkat.
Obat baru seperti Cetuximab dan panitumumab, yang cerdik memblokir sel-sel kanker kolorektal untuk tumbuh lebih lanjut, bekerja dengan baik untuk pasien stadium lanjut yang membawa non-mutated (wild-type) KRAS dan gen N-RAS. Sementara, model terbaru dari pengobatan kanker, imunoterapi, juga menawarkan harapan kepada pasien kanker usus besar.
Seperti pepatah lama, mencegah lebih baik daripada mengobati, demikian juga dengan kanker kolorektal ini. Anda bisa menghindari serangan kanker ini dengan beberapa langkah mudah, mulai berhenti merokok, membatasi konsumsi alkohol, olahraga secara teratur, dan juga memerhatikan diet yang sehat. Selain itu, tidak ada salahnya untuk pergi ke colonoscopy demi mencegah kanker ini menggerogoti tubuh Anda.