Banyak cara dilakukan orang untuk melindungi dirinya dari serangan jantung, meski ia tidak memiliki riwayat penyakit jantung. Tetap aktif secara fisik, mengonsumsi makanan yang bergizi, serta mengendalikan tekanan darah dan kolesterol adalah cara-cara yang umum. Tetapi, bagaimana dengan konsumsi aspirin? Haruskah Anda meminum aspirin untuk menurunkan risiko terhadap penyakit jantung di masa depan?
Aspirin sendiri bisa dikatakan sebagai obat luar biasa dengan banyak manfaat. Obat ini dapat digunakan untuk mengurangi demam, rasa sakit, dan peradangan. Aspirin pun dikatakan bermanfaat dalam penyakit jantung karena menghalangi platelet. Efek ‘anti-platelet’ aspirin ini mengurangi kemampuan darah untuk membentuk gumpalan darah dan membuatnya berguna dalam mengobati dan mencegah serangan jantung dan stroke. Lalu, apakah aspirin benar-benar mencegah penyakit jantung?
“Jawabannya adalah benar-benar ya,” kata R. Todd Hurst, MD, FACC, FASE, seorang ahli kardiovaskular bersertifikat, yang juga direktur di Center for Cardiovascular di Banner, University Medicine Heart Institute. “Aspirin telah terbukti tidak hanya efektif dalam mengobati serangan jantung dan stroke ketika terjadi, tetapi juga dapat menurunkan risiko serangan jantung dan stroke di masa depan.”
Pertanyaan yang lebih baik, dan lebih rumit, adalah apakah manfaat aspirin lebih besar daripada peningkatan risiko pendarahan? Untuk menjawab pertanyaan itu, kita perlu tahu lebih banyak tentang riwayat orang yang bertanya. Apakah sudah ada penyakit jantung? Jika tidak, apa risiko mereka untuk penyakit jantung di masa depan? Apa risiko mereka untuk pendarahan? Dan, yang menarik, apa risiko mereka untuk kanker usus besar (karena aspirin telah terbukti secara sederhana menurunkan risiko kanker usus besar)?
Untuk pencegahan sekunder (mereka yang telah mengalami serangan jantung, stroke, stent atau operasi bypass), data penelitian meyakinkan bahwa aspirin memberikan lebih banyak manfaat daripada risiko bagi mayoritas orang. Namun, dalam pencegahan primer (mereka yang belum mengalami serangan jantung, stroke, operasi stent atau bypass), manfaat dan risiko aspirin kurang pasti.
“Pasien saya yang tidak memiliki penyakit jantung sering terkejut ketika saya memberi tahu mereka bahwa aspirin mungkin tidak tepat untuk mereka,” sambung Hurst. “Gagasan bahwa aspirin baik untuk jantung Anda telah ada begitu lama sehingga banyak yang percaya itu adalah fakta yang mapan. Namun, beberapa studi dalam beberapa tahun terakhir telah menunjukkan bahwa manfaatnya tidak pasti seperti yang banyak dipikirkan.”
The American College of Chest Physicians Guidelines 9th Edition menyediakan penelitian, mungkin yang paling mudah, untuk memahami ringkasan risiko dan manfaat aspirin. Para penulis menghitung risiko dan manfaat untuk 1.000 pria dan wanita berusia 60 tahun yang mengonsumsi aspirin setiap hari selama 10 tahun. Hasilnya adalah:
- Untuk pria: 6 kematian lebih sedikit, hingga 27 kasus lebih sedikit untuk serangan jantung, hingga 24 kasus lebih sedikit untuk kanker usus besar, hingga 22 episode perdarahan mayor, tidak ada perubahan dalam stroke.
- Untuk wanita: hingga 14 kasus lebih sedikit untuk stroke, hingga 24 kasus lebih sedikit untuk kanker usus besar, hingga 20 episode perdarahan mayor, tidak ada perubahan dalam serangan jantung atau kematian.
Untuk pasien yang tidak memiliki penyakit jantung, tetapi mempertimbangkan aspirin, berikut adalah pedoman untuk membantu mereka memutuskan apakah aspirin tepat untuk mereka.
- Jika orang tersebut memiliki efek samping pada aspirin (seperti sakit perut, perdarahan atau alergi), aspirin tidak direkomendasikan.
- Jika orang tersebut berisiko tinggi untuk penyakit jantung dan kanker usus besar, aspirin kemungkinan lebih bermanfaat daripada berbahaya.
- Jika pasien berisiko rendah untuk penyakit jantung dan kanker usus besar, aspirin kemungkinan memiliki manfaat terbatas.
Poin penting terakhir adalah dosis aspirin. Jika Anda menggunakan aspirin untuk alasan perlindungan jantung, dosis 81 mg (juga disebut ‘aspirin bayi) sama efektif dengan versi kekuatan penuh (325 mg), tetapi dengan risiko pendarahan yang lebih sedikit. Karena itu, aspirin 81 mg direkomendasikan untuk sebagian besar pasien. “Jika Anda mempertimbangkan aspirin, dan tidak memiliki riwayat penyakit jantung atau stroke, bicarakan terlebih dulu dengan dokter Anda,” pungkas Hurst.