Selain mengonsumsi makanan penuh gizi dan berolahraga, istirahat atau tidur yang cukup juga diperlukan jika seseorang menginginkan tubuhnya tetap fit sepanjang hari. Disarankan cukup, karena tidur yang terlalu singkat atau terlalu lama malah akan menyebabkan dampak buruk bagi kesehatan tubuh Anda.
Sebelum membahas efek negatif tidur yang terlalu singkat, kita perlu mengetahui apa yang terjadi selama kita tidur. Selama tidur, otak kita membersihkan racun dan memberikan nutrisi penting dan bahan kimia yang dapat membuat otak berfungsi melalui sistem glymphatic. Hal tersebut tidak dapat terjadi ketika kita terjaga. Di samping itu, pembentukan memori dan konsolidasi juga sebagian terjadi selama kita tidur. Hal ini bertujuan untuk melakukan hal-hal, seperti perbaikan luka.
Sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2007 lalu menunjukkan bahwa kurang tidur dikaitkan dengan keputusasaan di bagian otak yang bertanggung jawab untuk mengendalikan emosi, menambah daftar efek negatif mengenai kesehatan. Para peneliti mengatakan hasilnya adalah menjelaskan secara ilmiah bagaimana kurang tidur dapat menyebabkan perilaku emosional yang dinilai irasional.
“Seolah-olah, tanpa tidur, otak telah kembali ke pola aktivitas primitif, karena tidak dapat memberi pengalaman emosional ke dalam konteks dan menghasilkan respons yang terkendali dan tepat,” kata Matthew Walker, Direktur University of California, Berkeley's Sleep and Neuroimaging Laboratory. “Anda bisa melihatnya dalam reaksi tentara kombatan militer yang berurusan dengan seorang warga sipil, ibu yang lelah dengan balita yang ceroboh, perawat medis yang merawat pasien. Ini adalah skenario sehari-hari yang memberitahu kita bahwa orang tidak cukup tidur.”
Dalam penelitian yang dipublikasikan di Current Biology tersebut, para peneliti meneliti efek kurang tidur pada 26 orang dewasa sehat. Setengah dimasukkan ke kelompok kurang tidur dan terjaga selama 35 jam, dan separuh lainnya tidur seperti. Otak para peserta kemudian dipindai dengan menggunakan functional magnetic resonance imaging (fMRI), sementara mereka melihat 100 gambar berbeda, mulai dari netral secara emosional hingga negatif, seperti benda yang dimutilasi dan gambar berdarah lainnya.
Hasilnya menunjukkan bahwa kelompok yang kurang tidur memiliki reaksi yang jauh lebih besar terhadap gambar yang emosional. Pemindaian otak menunjukkan bahwa amigdala, area otak yang penting untuk memproses emosi, tampak bereaksi berlebihan terhadap gambar berdarah dalam kelompok yang kurang tidur dibandingkan dengan aktivitas normal yang ditemukan pada kelompok tidur normal.
“Ukuran kenaikan benar-benar mengejutkan kami. Pusat emosi otak 60 persen lebih reaktif dalam kondisi kurang tidur dibanding pada subjek yang telah mendapatkan tidur yang nyenyak,” sambung Walker. “Tidur muncul untuk memulihkan rangkaian otak emosional kita, dan dengan berbuat demikian, mempersiapkan tantangan dan interaksi sosial kita hari berikutnya.”