Kehilangan massa otot dan kekuatan tulang yang menurun lebih awal menyerang rata-rata 1 persen per tahun dari mereka yang berusia di atas 40 tahun. Menurut sebuah penelitian, sekitar 10,2 juta warga Amerika Serikat menderita osteoporosis ini, yang dapat didefinisikan sebagai tulang yang lemah dan keropos, dan 43 juta orang lainnya memiliki risiko untuk itu.
Sementara itu, di Indonesia, sebanyak 23 persen wanita berusia 50 tahun sampai 80 tahun dan 53 persen wanita berusia 70 tahun sampai 80 tahun mengidap osteoporosis, berdasarkan hasil penelitian pada tahun 2006 lalu. Risiko wanita mengidap osteoporosis empat kali lebih besar dibandingkan dengan risiko pada pria.
Osteoporosis sendiri adalah kondisi saat kualitas kepadatan tulang menurun. Kondisi ini membuat tulang menjadi keropos dan rentan retak. Gangguan itu umumnya baru diketahui setelah ditemukan retak pada tulang, setelah pasien mengalami jatuh ringan. Retak pada pergelangan tangan, tulang pinggul, dan tulang belakang adalah kasus yang paling banyak ditemui pada penderita osteoporosis.
Umumnya tidak ada tanda-tanda terjadinya osteoporosis di awal masa menurunnya kepadatan tulang. Namun, beberapa kondisi berikut dapat menjadi gejala terjadinya osteoporosis, antara lain sakit punggung, postur tubuh bungkuk, menurunnya tinggi badan, lebih sering mengalami cedera/keretakan tulang. Meski umumnya osteoporosis dialami oleh wanita yang telah memasuki masa menopause, masalah ini juga dapat terjadi pada pria, wanita yang berusia lebih muda, dan anak-anak.
Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa latihan menahan beban dapat membantu memperlambat risiko kehilangan tulang, dan beberapa menunjukkan bahwa hal itu bahkan dapat membangun tulang. Aktivitas yang memberi tekanan pada tulang mampu merangsang tambahan deposit kalsium dan mendorong sel pembentukan tulang. Penarikan dan dorongan pada tulang yang terjadi selama latihan kekuatan akan memberi tekanan. Hasilnya lebih kuat, dan tulangnya lebih padat.
Sebuah studi juga menuturkan bahwa latihan aerobik berat, seperti berjalan atau berlari, bisa membantu memperkuat tulang Anda, tetapi ada beberapa peringatan. Umumnya, aktivitas dengan dampak lebih tinggi memiliki efek yang lebih menonjol pada tulang daripada aerobik dengan dampak rendah. Kecepatan juga merupakan faktor; jogging atau aerobik serba cepat akan berbuat lebih banyak untuk memperkuat tulang daripada gerakan yang lebih santai. Dan ingatlah, bahwa hanya tulang-tulang yang menanggung beban latihan yang akan menerima manfaat. Misalnya, berjalan atau berlari hanya melindungi tulang di tubuh bagian bawah Anda, termasuk pinggul Anda.
Sebaliknya, sebuah program latihan kekuatan menyeluruh berhasil membuat semua kelompok otot utama bisa mendapatkan manfaat hampir semua tulang Anda. Yang menarik, latihan ini menargetkan tulang pinggul, tulang belakang, dan pergelangan tangan, yang bersama dengan tulang rusuknya, adalah lokasi yang paling cenderung patah tulang. Selain itu, dengan meningkatkan kekuatan dan stabilitas, latihan ketahanan mengurangi kemungkinan jatuh, yang dapat menyebabkan patah tulang.