Anda mungkin sudah familiar dengan penyakit asma. Ini adalah penyakit jangka panjang atau kronis pada saluran pernapasan yang ditandai dengan peradangan atau penyempitan saluran napas yang menimbulkan sesak atau sulit bernapas. Selain kesulitan bernapas, penderita asma juga bisa mengalami gejala seperti nyeri dada, batuk-batuk, dan mengi.
Asma tidak hanya menyerang orang dewasa atau yang lebih tua. Gangguan ini pun juga bisa menyerang anak-anak Anda. Meski demikian, ada kabar bagus bagi anak-anak dan orang tua. Anak-anak yang tinggal di ‘lingkungan yang berjalan’ atau aktif secara fisik, dapat menurunkan risiko mereka untuk terserang penyakit tersebut.
Peneliti menganalisis data dari lebih dari 326.000 anak di Toronto yang lahir antara tahun 1997 hingga tahun 2003, dan mengikuti mereka mulai usia 8 tahun hingga 15 tahun. Dua puluh satu persen dari anak-anak itu mengembangkan asma, dan lingkungan yang rendah akan aktivitas fisik di sekitar anak dikaitkan dengan peningkatan risiko asma, temuan menunjukkan.
“Kami menemukan bahwa anak-anak yang tinggal di lingkungan dengan ‘walkability’ rendah lebih mungkin untuk mengembangkan asma dan terus menderita asma selama masa kanak-kanak nanti,” jelas penulis studi, Dr Elinor Simons, yang juga seorang ahli alergi pediatric di Universitas Manitoba dan Rumah Sakit Anak-Anak Research Institute of Manitoba. ”Temuan ini menunjukkan hubungan antara kurangnya aktivitas fisik sehari-hari, atau gaya hidup menetap, dan pengembangan asma baru dan berkelanjutan pada anak-anak di Toronto.”
Namun, penelitian itu tidak membuktikan bahwa kurangnya jalan kaki menyebabkan risiko asma meningkat. Penelitian sebelumnya telah meneliti lingkungan ‘walkability’ dan penyakit kronis seperti diabetes pada orang dewasa, tetapi penelitian ini diyakini menjadi yang pertama untuk melihat korelasi ‘walkabilit’y dan asma masa kanak-kanak. “Kota-kota besar lainnya mungkin memiliki pola lingkungan ‘walkability’ yang mirip dengan Toronto, dan mungkin melihat asosiasi serupa dengan asma masa kanak-kanak,” tambah para penulis.
Para peneliti menyarankan bahwa kemampuan berjalan dapat ditingkatkan ‘dengan penempatan layanan yang lebih besar’, seperti toko kelontong di dalam lingkungan perumahan, dan menambahkan jalur pejalan kaki antara jalan untuk meningkatkan konektivitas jalan. Simons menambahkan bahwa penting untuk dicatat bahwa penelitian ini mengukur karakteristik fisik dan tidak melihat karakteristik sosial, seperti kejahatan dan keamanan lingkungan, atau alasan budaya untuk berjalan daripada menggunakan alat transportasi lain. Temuan ini sendiri diterbitkan 1 Juni 2018 di Annals of American Thoracic Society.