Dalam salah satu artikel kesehatannya, Monique Tello, MD, MPH, menceritakan pengalamannya ketika bertemu dengan pasien baru, terutama ketika menghadapi kasus diabetes. Ia mengaku dirinya selalu waspada, terutama yang terkait dengan riwayat keluarga yang memiliki diabetes, asal mereka, apakah mereka memiliki diabetes pada kehamilan, apakah mereka memiliki obesitas, atau apakah mereka termasuk polycystic ovarian syndrome (PCOS).
Dikatakan Tello, dirinya peduli terhadap hal-hal tersebut karena mungkin bisa menjadi petunjuk bahwa seorang pasien memiliki risiko mengembangkan diabetes tipe 2, yang dapat menyebabkan beberapa masalah serius terhadap kesehatan. Sudah banyak yang mengetahui, bahwa diabetes tipe 2 merupakan penyakit yang mampu membuat tubuh kehilangan kemampuannya untuk mengontrol kadar gula. Penyakit ini sering dialami orang dewasa, sedangkan diabetes tipe 1 rentan menyerang remaja.
Diabetes sendiri tidak dapat diobati, yang berarti gula darah tetap tinggi yang dapat menyebabkan penyumbatan arteri dan berakibat pada serangan stroke atau jantung. Gula darah yang tinggi juga menyebabkan kerusakan saraf, dengan rasa sakit mirip terbakar pada kaki yang akhirnya memberikan mati rasa. Ini, dikombinasikan dengan penyumbatan arteri, dapat mengakibatkan cacat dan jaringan mati, sehingga menjelaskan mengapa banyak orang dengan diabetes yang berakhir dengan amputasi.
Di samping itu, diabetes juga memengaruhi pembuluh darah kecil pada retina, yang dapat menyebabkan kebutaan. Jangan lupakan juga ginjal, yang sangat rentan terhadap kerusakan yang disebabkan gula darah tinggi. Diabetes adalah penyebab utama gagal ginjal yang memerlukan transplantasi ginjal. Selain itu, gula darah tinggi juga dikaitkan dengan rusaknya fungsi sel darah putih yang penting untuk sistem kekebalan tubuh yang sehat.
Fakta-fakta tersebut tentunya dapat membuat takut banyak orang. Dan, yang bisa kita lakukan adalah bahwa kita harus mengetahui apakah kita memiliki risiko untuk penyakit diabetes atau tidak. Karena itu, kita wajib mengetahui tentang pre-diabetes.
Baru-baru ini, dalam sebuah artikel, para ahli endokrin menyatakan bahwa pre-diabetes merupakan epidemi di seluruh dunia. Pre-diabetes didefinisikan dengan berpuasa gula darah antara 100 dan 125, atau hasil abnormal pada tes toleransi glukosa oral. Apa yang bisa kita lakukan untuk mengobati pre-diabetes?
Salah satu penelitian terbesar pernah dilakukan di AS dengan melibatkan lebih dari 3.000 orang dengan obesitas dari 27 tempat. Orang-orang tersebut kemudian dibagi dalam tiga kelompok secara acak, yaitu rekomendasi gaya hidup standar ditambah obat metformin obat (Glucophage), rekomendasi gaya hidup standar ditambah pil plasebo, dan program intensif modifikasi gaya hidup.
Peneliti secara konsisten melakukan studi selama tiga tahun, dan hasilnya mirip dengan studi-studi sebelumnya, yaitu orang-orang dalam kelompok modifikasi gaya hidup intensif (konseling gizi dan bimbingan latihan) jauh lebih kecil kemungkinannya untuk mengembangkan diabetes. Jika dihitung secara persentase, diabetes memiliki peluang 30 persen menyerang mereka yang mengonsumsi plasebo, 22 persen untuk metformin, dan 14 persen untuk modifikasi gaya hidup.
Para penulis juga melihat banyaknya penelitian lain yang menganalisis jenis diet apa yang berguna. Mereka kemudian menyimpulkan bahwa diet kaya biji-bijian, sayuran, buah, lemak tak jenuh tunggal, dan rendah lemak hewani, lemak trans, dan gula sederhana yang bermanfaat, bersama dengan pemeliharaan berat badan ideal dan gaya hidup aktif, mampu menurunkan risiko terserang penyakit diabetes.