Lari atau jogging di pagi hari memang menjadi salah satu rutinitas olahraga yang menyenangkan. Selain mudah untuk dilakukan, lari juga merupakan olahraga yang cukup efektif untuk membakar lemak dalam tubuh. Namun selama ini banyak orang yang masih penasaran, sebenarnya lari yang paling efektif untuk menurunkan berat badan itu dilakukan setelah sarapan atau sebelum sarapan?
Seorang pelatih kebugaran asal Los Angeles bernama Gabe Kapler mengungkapkan jika ia pernah berlari di pagi hari setelah sarapan dalam porsi yang besar hanya berdasar atas pemikiran sederhana, bahwa ia memerlukan asupan yang berkualitas untuk membangun otot secara maksimal. Anggapan itu memang tidak sepenuhnya salah.
Namun, sarapan yang terdiri dari dari 5 butir telur utuh, ubi jalar besar, dan beberapa cangkir kopi organik ternyata tidak membuatnya mendapat sesi latihan yang terbaik. Sarapan besar sebelum olahraga ternyata membuat merasa agak lesu saat olahraga. Justru saat berolahraga sebelum sarapan ia merasa lebih waspada dan tubuhnya dipenuhi oleh energi yang cukup. Berolahraga dalam kondisi perut kosong menurut sebuah studi yang dilaporkan oleh New York Times juga cenderung dapat membakar lemak lebih efisien.
Seperti yang selama ini sudah banyak Anda dengar, berolahraga dalam keadaan berpuasa (biasanya paling mungkin dilakukan sebelum sarapan) dapat memacu tubuh untuk membakar persentase lemak yang lebih besar untuk menjadi energi selama olahraga berat, bukannya mengandalkan karbohidrat saja.
Saat Anda membakar lemak, tentunya Anda tidak akan menyimpannya di dalam otot. Profesor di Research Center for Exercise and Health di Catholic University Leuven, Belgia, Peter Hespel, Ph.D mengatakan jika dalam penelitiannya hanya kelompok yang berpuasa yang menunjukkan adaptasi metabolik yang efektif dan pada akhirnya bisa meningkatkan pergantian asam lemak oksidatif.
Anda mungkin bisa mencoba mempraktikkannya sendiri. Dengan langkah tersebut, Anda dapat mengalami perkembangan otot lebih baik dan pulih dari sesi olahraga secara cepat.
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam European Journal of Applied Physiology dikatan bahwa olahraga saat puasa dibandingkan saat latihan biasa dengan asupan karbohidrat yang cukup dapat memfasilitasi defosforilasi pasca-latihan dari eEF2. Hal ini berkontribusi untuk mempercepat reaktivasi perubahan protein otot setelah latihan ketahanan.
Kekhawatiran banyak orang yang beranggapan bahwa olahraga saat perut dalam kondisi kosong akan membuat tubuh kita merasa lemah ternyata salah. Justru olahraga saat masih belum makan akan memberi Anda lebih banyak kekuatan untuk melakukan olahraga secara lebih optimal.