Optimis dan Bahagialah, Mungkin Umur Anda Lebih Lama

Banyak menunjukkan bahwa orang yang optimistis memiliki pengurangan risiko jantung, , dan penurunan kapasitas dan fungsi paru-paru. Optimisme juga dikaitkan dengan risiko kematian dini yang lebih rendah akibat kanker dan . Sekarang, sebuah studi baru mengaitkan optimisme dengan kehidupan yang lebih panjang.

Optimis dan Bahagia - bantermaster.com

Optimis dan Bahagia - bantermaster.com

Dilansir Harvard Health Publishing, penelitian dalam Proceedings of the National Academy of Sciences menemukan bahwa orang dengan tingkat optimisme yang lebih tinggi memiliki rentang hidup yang lebih lama. Mereka juga memiliki peluang lebih besar untuk hidup di atas usia 85 tahun. Para peneliti menganalisis data yang diperoleh dari dua studi populasi besar, yakni sekitar 70.000 dari Nurses Health Study dan sekitar 1.400 dari Veterans Affairs Norming Aging Study.

Nurses Health Study menggunakan item dari Tes Orientasi Kehidupan untuk menilai optimisme. Mereka meminta responden untuk menilai tingkat persetujuan mereka terhadap beberapa pernyataan tentang optimisme. Sementara, Veterans Affairs Norming Aging Study mengandalkan Skala Optimisme-Pesimisme, yang diberikan sebagai bagian dari penilaian kepribadian. Skala ini meneliti penjelasan positif dan negatif yang diberikan orang untuk peristiwa dalam hidup mereka. 

Untuk pria dan wanita, tingkat optimisme yang lebih tinggi dikaitkan dengan rentang hidup yang lebih lama dan ‘umur panjang yang luar biasa’, yang didefinisikan oleh para peneliti sebagai bertahan hingga 85 tahun. Studi ini mengendalikan faktor-faktor seperti kondisi kronis (seperti hipertensi atau kolesterol tinggi) dan perilaku (seperti merokok atau menggunakan alkohol).

Jadi mengapa optimisme memengaruhi umur panjang? Studi ini tidak dirancang untuk menjelaskan hal tersebut, tetapi para peneliti memiliki beberapa pemikiran. Sementara satu komponen optimisme tampaknya diwariskan, yang terkait dengan gen kita, lingkungan dan pembelajaran kita juga membentuk bagian yang signifikan. Salah satu kelebihannya adalah kita semua bisa belajar cara untuk lebih optimis. Namun, ada beberapa batasan pada hasil penelitian. Sebagian besar peserta berkulit putih dan memiliki status sosial ekonomi yang lebih tinggi daripada populasi umum. Faktor-faktor ini dapat membatasi apakah temuan ini berlaku untuk banyak orang.

Tips Menjadi Optimis

  • Ketika beberapa orang menghadapi kesulitan, mereka cenderung hanya melihat aspek negatif dari situasi. Juga, mereka menganggap aspek-aspek ini tidak dapat diubah. Untuk membingkai ulang situasi yang sulit, cari aspek positif. Adakah yang bisa Anda pelajari dari situasi tersebut? Adakah yang bisa Anda ajarkan kepada orang lain tentang situasi itu, setelah Anda menyelesaikannya?
  • Tetapkan tujuan yang dapat dicapai untuk setiap hari dan sesuaikan sasaran itu sesuai kebutuhan. Jadilah spesifik dan realistis. Misalnya, daripada tujuan yang luas, seperti ‘membersihkan rumah’, identifikasi area tertentu yang Anda rencanakan untuk dibersihkan (usap meja, gosok wastafel dapur). Penelitian menunjukkan bahwa menetapkan tujuan dan memiliki kepercayaan diri untuk mencapai tujuan ini terkait dengan optimisme.
  • Sisihkan waktu untuk fokus pada hal positif. Pada waktu tertentu setiap hari (mungkin pada waktu tidur), pikirkan aspek-aspek positif dari hari Anda. Apa yang berjalan dengan baik? Apa yang Anda senang? Apa yang Anda  banggakan?
  • Berlatih meditasi syukur. Meditasi syukur berfokus pada bersyukur atas aspek-aspek positif dalam hidup Anda, yang dapat mencakup anggota keluarga, teman, atau harta benda. Anda dapat menemukan banyak skrip dan meditasi terbimbing.
  • Perkuat hubungan sosial. Para peneliti mencatat bahwa optimisme terkait dengan jejaring sosial yang kuat. Jejaring sosial yang kuat dapat mencakup menghabiskan waktu bersama teman dekat, atau berpartisipasi dalam kegiatan kelompok atau komunitas yang dijadwalkan secara teratur. Bergabung dengan grup baru atau menjadwalkan waktu untuk melihat teman dan keluarga dan terlibat dalam kegiatan memperkuat hubungan ini. Fokus pada menghabiskan waktu dengan orang-orang yang positif dan suportif.
  • Berlatih tersenyum. Teknik psikoterapi untuk mengatasi perasaan sedih adalah berlatih tersenyum selama beberapa menit setiap hari. Jika senyum penuh tidak mungkin, setengah senyum juga berfungsi. Perhatikan setiap dampak pada pikiran, suasana hati, dan tingkat optimisme Anda.
Penting:   Sistem Pelayanan Kesehatan di Indonesia
author

Leave a reply "Optimis dan Bahagialah, Mungkin Umur Anda Lebih Lama"