Penelitian terbaru melaporkan, paparan logam beracun seperti arsenik, timbal, tembaga, hingga kadmium dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular dan jantung. Meski demikian, penelitian lebih lanjut masih perlu dilakukan untuk memahami hubungan antara logam beracun dan penyakit jantung.
Dalam studi yang diterbitkan tanggal 29 Agustus 2018 di BMJ, analisis dari 37 penelitian, yang termasuk hampir 350 ribu orang yang terkait paparan arsenik, meningkatkan risiko penyakit jantung koroner sebesar 23 persen dan 30 persen peningkatan risiko penyakit kardiovaskular. Sementara, paparan terhadap kadmium dan tembaga dikaitkan dengan peningkatan risiko kedua penyakit. Dan, paparan timbal dan kadmium dikaitkan dengan peningkatan risiko stroke, masing-masing 63 persen lebih tinggi untuk timbal dan 72 persen lebih tinggi untuk kadmium.
Arsenik sendiri merupakan salah satu unsur kimia yang termasuk dalam golongan logam berat. Unsur kimia ini juga membentuk sejumlah senyawa beracun. Arsenik dapat ditemukan di mana saja, seperti di air, udara, dan tanah, tak terkecuali di beberapa jenis makanan layaknya produk sereal dan susu, daging, serta makanan laut.
Dikenal sebagai racun, arsenik memiliki bentuk berupa bubuk berwarna putih atau tidak berwarna, dan tidak menguap. Keunikan dari racun ini adalah tidak berbau dan tidak memiliki rasa yang khas, sehingga jika racun ini dimasukkan ke dalam makanan atau minuman Anda, maka Anda tidak akan mengetahuinya.
Perlu diketahui bahwa arsenik tidak bisa dimusnahkan dari lingkungan, hanya saja senyawa ini bisa berubah bentuknya jika bercampur dengan udara, tanah, air, ataupun dengan bakteri yang hidup di tanah. Arsenik memang sudah ada secara alami di lingkungan kita.
“Temuan itu memperkuat risiko logam beracun dalam meningkatkan risiko kardiovaskular global, di luar peran faktor risiko perilaku konvensional, seperti merokok, pola makan yang buruk, dan tidak aktif secara fisik,” kata peneliti Rajiv Chowdhury, yang juga profesor kesehatan global di University of Cambridge di Inggris. “Studi ini juga menyoroti kebutuhan untuk mengurangi exposure manusia, bahkan dalam pengaturan ketika ada tingkat paparan rata-rata yang relatif lebih rendah (seperti banyak negara Barat).”
Maria Tellez-Plaza dan rekan-rekannya di Carlos III Health Institute di Madrid, Spanyol, menulis sebuah editorial dalam edisi yang sama dari jurnal tersebut. Mereka mengatakan bahwa penelitian ini adalah panggilan penting untuk perhatian pada sekelompok faktor risiko yang muncul dengan prevalensi tinggi di populasi di seluruh dunia. Karena logam beracun dikaitkan dengan penyakit jantung, bahkan pada tingkat paparan yang cukup rendah, strategi populasi luas untuk meminimalkan paparan akan semakin berkontribusi terhadap upaya pencegahan kardiovaskular secara keseluruhan.