Kehamilan merupakan salah satu hal yang paling indah bagi seorang wanita yang telah menikah. Memiliki seorang anak tentunya bakal semakin melengkapkan kehidupan rumah tangga mereka. Namun, karena kehamilan juga meningkatkan risiko kesehatan, wacana pengendalian kelahiran akhirnya menjadi salah satu perdebatan yang mengemuka sejak lama.
Untuk sebagian besar dokter kandungan, mereka pada umumnya bangga merawat seorang wanita yang sedang hamil, yang oleh sebagian orang mungkin dianggap sebagai beban. Mereka membantu wanita mencapai kehamilan yang aman. Entah itu pasien dengan riwayat bedah yang rumit sehingga harus menjalani persalinan sesar yang mencakup kehilangan darah yang masif atau pasien dengan riwayat transplantasi hati yang sedang menjalani kehamilan keempat.
“Dalam merawat wanita-wanita ini, saya melihat tinggi dan rendahnya kehidupan. Saya masih terpesona dengan mukjizat melahirkan,” ujar Scott Shainker, DO, MS, seorang dokter kandungan, dalam artikel yang dimuat di Harvard Health Publishing. “Namun, saya juga menyaksikan bahaya kehamilan dan persalinan. Itu terjadi lebih dari yang mungkin Anda pikirkan. Untungnya, kematian ibu jarang terjadi, meskipun komplikasi yang mengganggu kesehatan ibu baru, seperti pendarahan, emboli vena, tekanan darah tinggi yang parah, kegagalan organ, dan perawatan intensif, sedang meningkat.”
Jika kita berbicara tentang mencegah kehamilan untuk melindungi ibu, sambung Shainker, itu sebuah konsep yang terlalu sering ditinggalkan dari debat publik dan perdebatan politik. Bagi wanita, ini bukan sekadar pilihan; ini dalah sarana untuk mengendalikan kesehatan dan masa depan mereka. “Saya merasa bahwa kita memiliki kewajiban moral dan etika untuk menganjurkan ini. Kita perlu berjuang dan memastikan bahwa mereka memutuskan apakah dan kapan harus hamil,” lanjut Shainker.
“Ada banyak wanita dengan kehamilan yang berbahaya, dan kontrasepsi adalah garis hidup untuk kesehatan jangka panjang mereka,” tambah Shainker. “Bila kondisi yang sudah ada membuat kehamilan menjadi peristiwa yang berpotensi mengancam jiwa, membatasi akses terhadap kontrasepsi tidak dapat diterima. Komunitas medis tidak dapat membiarkan hal ini terjadi. Kesehatan ibu adalah batu kunci yang mendukung kesejahteraan dasar keluarga dan anak-anak.”
Shainker pun khawatir bahwa pembatasan, penghalang pandangan, dan akses terbatas akan menjadi sebuah norma. Jika pemerintah di banyak negara membatasi akses kontrasepsi menjadi kenyataan, maka kita hanya akan melihat puncak gunung es dalam kegagalan kita untuk melindungi kesehatan sang ibu.
“Saya adalah seorang dokter, seorang advokat, dan seorang ayah. Ini bukan peran yang terpisah, namun sangat terkait erat sehingga pasien saya tahu nama anak-anak saya dan anak-anak saya mengetahui kejadian hari-hari saya,” imbuh Shainker. “Dan untuk keduanya, pasien dan anak-anak saya, saya adalah advokat untuk mendapatkan akses terhadap kesehatan yang aman. Saya berutang pada pasien saya untuk mengakui dan terlibat dalam dialog yang memprotes serangan terhadap kesehatan perempuan ini. Sebagai ayah, saya berutang kepada anak-anak saya (khususnya anak perempuan saya) untuk melakukan advokasi terhadap perbedaan kesehatan yang muncul ini.”