Untuk orang dewasa yang lebih tua, jatuh adalah penyebab utama patah tulang pinggul dan pergelangan tangan, gegar otak, cacat mobilitas, kehilangan kemandirian, dan bahkan kematian. Ternyata, keadaan menjelang jatuhnya orang tua adalah tipikal. Bahkan, sebagian besar terjadi ketika seorang individu melakukan ‘dual tasking’, yaitu berdiri atau berjalan sambil melakukan tugas kognitif terpisah (seperti membaca), tugas motorik (membawa bahan makanan), atau keduanya (berjalan sambil berbicara dan membawa secangkir kopi).
Mengapa Dual Tasking Sebabkan Orang Jatuh?
Dilansir Harvard Health Publishing, ternyata tindakan yang tampaknya sederhana, yaitu berdiri tegak atau berjalan menyusuri lorong kosong, cukup kompleks. Untuk menyelesaikan tugas-tugas ini, kita harus terus menstabilkan pusat massa tubuh kita, titik yang terletak tepat di belakang tulang dada kita, di atas basis dukungan yang relatif kecil yang kita buat dengan memosisikan kaki kita di tanah.
Kontrol ini membutuhkan refleks yang cepat, serta otot-otot yang kuat pada batang tubuh, pinggul, kaki, pergelangan kaki, dan jari kaki. Namun, untuk menghindari jatuh, kita juga perlu memperhatikan tubuh dan lingkungan kita, memperkirakan dan merasakan gerakan tubuh kita yang tidak aman dan menyesuaikannya. Otak kita perlu dengan cepat memahami informasi yang datang dari mata, telinga, dan tubuh untuk menghasilkan pola aktivitas otot yang secara tepat menyesuaikan posisi tubuh dalam lingkungan.
Karena itu, tugas berdiri dan berjalan sebenarnya adalah tugas kognitif, dan tugas-tugas ini membutuhkan upaya kognitif yang semakin besar seiring dengan bertambahnya usia dan indera serta otot kita yang tidak lagi berfungsi sebaik sebelumnya. Bagi banyak orang dewasa yang lebih tua, tugas ganda menyebabkan kejatuhan karena mengalihkan sumber daya kognitif bersama dari pekerjaan penting untuk mengendalikan pusat massa tubuhnya di atas kakinya di tanah.
Sebuah studi baru-baru ini oleh para peneliti di Albert Einstein College of Medicine menunjukkan bahwa perbedaan kecil dalam kemampuan otak untuk melakukan dua tugas ketika berjalan adalah prediksi masa depan untuk jatuh pada orang dewasa tua yang sehat. Secara khusus, para peneliti meminta sukarelawan untuk berjalan sambil menyelesaikan tugas pembuatan kata di laboratorium, dan menggunakan teknologi yang disebut spektroskopi inframerah untuk mengukur aktivitas otak. Para sukarelawan yang membutuhkan lebih banyak aktivitas otak (upaya mental) untuk menyelesaikan tugas-tugas ini, lebih mungkin untuk jatuh selama periode tindak lanjut empat tahun.
Untungnya, studi mengejutkan ini menunjukkan bahwa fungsi kognitif adalah target yang menjanjikan untuk pencegahan dan rehabilitasi jatuh. Bahkan, ada beberapa uji klinis skala besar yang saat ini sedang berlangsung, yang menguji efek pelatihan kognitif berbasis komputer pada keseimbangan, mobilitas, dan jatuh pada orang dewasa yang lebih tua. Ada juga bukti kuat bahwa program terapi fisik yang meminta pasien untuk menyeimbangkan sambil menyelesaikan tugas-tugas kognitif seperti menghitung mundur secara signifikan mengurangi kejadian jatuh pada penderita stroke.
Tips Hindari Risiko Jatuh
- Waspadai lingkungan sekitar Anda. Cobalah untuk meminimalkan gangguan jika dan ketika Anda mendapati diri Anda berdiri di ruangan yang ramai, berjalan di trotoar yang tidak rata, atau terburu-buru untuk membuat janji. Dalam situasi ini, hindari menjawab ponsel Anda, jaga agar percakapan tetap ringan, dan prioritaskan keseimbangan Anda di atas segalanya.
- Jaga pikiran Anda tetap tajam. Penurunan kognitif bukanlah konsekuensi penuaan yang tak terhindarkan. Ada tip berbasis bukti untuk memaksimalkan kemampuan mental Anda ke usia yang lebih tua.
- Pertimbangkan untuk bergabung dengan kelas aktivitas kelompok yang berfokus pada tai chi, yoga, atau menari. Latihan yang aman ini terbukti efektif untuk meningkatkan keseimbangan dan bahkan mengurangi jatuh pada banyak populasi orang dewasa yang lebih tua.
- Ingat bahwa jatuh jarang terjadi karena faktor tunggal, seperti kekuatan otot yang buruk, kelelahan, atau berkurangnya penglihatan. Sebaliknya, mereka biasanya terjadi ketika banyak faktor bergabung, menyebabkan hilangnya keseimbangan yang tidak dapat dipulihkan. Karena itu, strategi multifaktorial tampaknya menjadi ‘obat’ terbaik untuk menghindari kemungkinan jatuh.