Penyakit asam lambung atau Gastroesophageal Reflux Disease (biasa disingkat GERD) adalah masalah yang cukup umum terjadi di masyarakat. Pendapat umum menyebutkan bahwa kondisi ini disebabkan oleh naiknya asam lambung menuju esofagus sehingga menimbulkan nyeri pada bagian ulu hati atau sensasi terbakar di dada.

Penyebab GERD - blog.aarp.org
Namun, siapa pun yang akrab dengan literatur ilmiah pasti mengetahui bahwa rasa mulas dan GERD tersebut tidak disebabkan oleh asam lambung yang berlebih. Sebaliknya, teori ilmiah menunjukkan bahwa GERD disebabkan oleh disfungsi otot katup (sphincter) yang memisahkan ujung bawah kerongkongan dan perut. Hal ini dikenal sebagai katup esofagus bagian bawah atau LES.
LES biasanya terbuka lebar untuk mengizinkan menelan makanan dan cairan agar bisa masuk dengan mudah ke dalam perut. Kecuali untuk bersendawa, ini adalah satu-satunya waktu LES harus membuka. Jika LES bekerja dengan benar, tidak peduli berapa banyak asam yang kita miliki, hal tersebut tidak akan membuatnya kembali naik ke kerongkongan.
Tetapi, jika LES yang rusak, seperti di GERD, asam dari lambung akan kembali ke dalam kerongkongan dan lapisan halusnya akan mengalami kerusakan. Bahkan, sejumlah kecil masalah dapat menyebabkan kerusakan serius. Pasalnya, tidak seperti perut, lapisan kerongkongan tidak memiliki perlindungan terhadap asam.
Literatur ilmiah lainnya menyebutkan bahwa GERD disebabkan oleh peningkatan tekanan intra-abdomen (IAP). Acid reflux terjadi ketika tekanan menyebabkan distensi lambung (kembung perut) yang mendorong isi lambung, termasuk asam, melalui LES ke kerongkongan. Menurut pemikiran saat ini, faktor yang berkontribusi adalah makan berlebihan, obesitas, membungkuk setelah makan, berbaring setelah makan, dan mengonsumsi makanan pedas atau berlemak.
Dalam bukunya yang berjudul Heartburn Cured, Dr. Norm Robillard berpendapat bahwa malabsorpsi karbohidrat menyebabkan pertumbuhan bakteri yang berlebihan, sehingga IAP mendorong refluks. Dr. Robillard mengatakan bahwa karbohidrat malabsorpsi memainkan peran penting dalam IAP. Asam lambung yang rendah juga dapat berkontribusi untuk pertumbuhan bakteri yang berlebihan (independen dari asupan karbohidrat) dan karbohidrat malabsorpsi.
Ketika asam lambung cukup dan karbohidrat dikonsumsi dalam jumlah sedang, mereka akan mudah dipecah menjadi glukosa dan cepat diserap di usus kecil sebelum dapat difermentasi oleh mikroba. Namun, jika asam lambung tidak cukup dan/atau karbohidrat yang dikonsumsi berlebihan, beberapa karbohidrat akan melarikan diri dari penyerapan dan tersedia bagi mikroba usus untuk fermentasi.
Kesimpulannya, asam lambung yang rendah juga memberikan kontribusi untuk pertumbuhan bakteri yang berlebihan di usus, yang akhirnya dapat menyebabkan malabsorpsi karbohidrat (karena penurunan sekresi enzim pankreas). Malabsorpsi karbohidrat, seperti ditunjukkan Dr. Robillard, meningkatkan tekanan intra-abdomen dan menyebabkan GERD. Mengurangi beban bakteri dan membatasi asupan karbohidrat, keduanya telah terbukti sangat meningkatkan, dan dalam beberapa kasus benar-benar menyembuhkan, refluks asam dan GERD.