Baru-baru ini, media internet diramaikan dengan tantangan baru yang aneh, yaitu memakan deterjen bernama ‘Tide Pod Challenge’. Kebanyakan, yang mengikuti tantangan nyeleneh tersebut adalah remaja, yang sebenarnya berbahaya bagi kesehatan mereka, karena deterjen bukan makanan dan itu merupakan bahan yang beracun, bahkan bisa sangat mematikan.
Tide Pod sendiri adalah produk deterjen cair berwarna biru dan oranye yang dibuat oleh perusahaan Tide, salah satu anak usaha Procter and Gamble. Deterjen ini dibungkus dengan kapsul transparan. Tidak jelas siapa yang memulai challenge ini. Bagi yang mau menerima tantangan, mereka harus mem-posting video mereka sambil makan Tide Pod.
Liputan media memang bagian dari masalah. Tetapi, masalah sebenarnya adalah otak remaja. Masa remaja adalah momen penting dalam hidup, masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Otak remaja mencerminkan transisi itu. Mereka memiliki kemampuan untuk mempelajari banyak informasi, untuk belajar dengan cepat, dan otak mereka mulai membangun koneksi yang dimiliki orang dewasa, koneksi yang membuat bagian otak yang berbeda bekerja bersama lebih cepat dan efektif. Bagian terakhir dari otak untuk membangun koneksi tersebut adalah frontal lobe. Ini penting, karena frontal lobe adalah bagian otak yang mengendalikan wawasan dan penilaian, bagian yang mengendalikan perilaku berisiko.
Pada dasarnya, remaja adalah pelajar cepat tanpa banyak wawasan atau penilaian, dan pengambil risiko. Remaja harus belajar begitu banyak agar mereka siap untuk dewasa. Mereka harus belajar tidak hanya subjek akademis, tetapi bagaimana menavigasi kehidupan, seperti bagaimana cara mencari pekerjaan, mengemudi, membayar tagihan, dan hal lain yang perlu dilakukan orang dewasa untuk bertahan hidup.
Di samping itu, ,mereka juga harus mengambil risiko. Pikirkan saja, meninggalkan rumah, mendapatkan pekerjaan, dan jatuh cinta, ini adalah hal pertama yang menakutkan. Risiko itu sulit dilakukan saat Anda benar-benar mengerti bagaimana segala sesuatunya menjadi salah, dan bagaimana kita semua cacat dan fana. Mereka jauh lebih mudah untuk mengambil risiko ketika Anda pikir Anda tak terkalahkan.
Sayangnya, mereka cenderung mengambil risiko yang bodoh. Mereka mengambilnya karena mereka pikir mereka tak terkalahkan, dan karena teman-teman mereka mengawasi dan mendorong kami. Itu adalah bagian lain dari kenyataan remaja, apa yang dianggap oleh rekan-rekan mereka sangat penting. Di situlah liputan media masuk, lebih spesifik lagi, media sosial.
Dengan media sosial, remaja masa kini berpotensi ditonton oleh jutaan orang, dengan kebanyakan orang yang tidak mereka pilih, yang tidak ada secara langsung memiliki minat nol terhadap kesejahteraan mereka. Itulah sebabnya American Association of Poison Control Centers melaporkan 86 paparan yang disengaja ke paket deterjen cucian dalam tiga minggu pertama tahun 2018.
Kita memang tidak bisa membuat media sosial hilang, apalagi mengubah otak remaja. Kita harus menyadari bahwa media sosial telah mengubah dunia remaja untuk tumbuh dewasa. Kita perlu menemukan cara untuk menggunakan kekuatan media sosial. Kita juga perlu meluangkan lebih banyak waktu bersama remaja, baik berbicara maupun mendengarkan. Kita perlu membantu mereka menavigasi dunia baru yang terhubung secara sosial ini; kita perlu membantu mereka memahami di mana dan bagaimana cara agar mereka tetap aman.