Terapi Kelasi (Chelation) berasal dari bahasa Yunani yaitu ‘Chele’ yang memiliki arti Mengikat atau Mencapit. Dalam dunia kedokteran, terapi ini digunakan untuk mengatasi keracunan logam berat sebagaimana telah mendapat persetujuan dari lembaga Food and Drug Administration (FDA) di Amerika Serikat.
Terapi Kelasi bekerja dengan cara mengikat mineral-mineral dalam darah untuk kemudian dikeluarkan dari tubuh melalui urin. Tak hanya untuk menetralkan logam berat, Terapi Kelasi juga dapat dilakukan secara rutin untuk mencegah penebalan plak pada pembuluh darah, mencegah penyempitan pembuluh darah, menjaga kelenturan pembuluh darah, serta memperbaiki aliran darah dalam tubuh. Oleh sebab itu, Terapi Kelasi sangat dianjurkan pada penderita Jantung Koroner.
Tata Cara Pelaksanaan Terapi Kelasi
Terapi Kelasi umumnya diberikan melalui infus, meski sebenarnya juga dapat diberikan secara oral. Pasien mula-mula akan diberikan cairan Ethylene Diamine Tetra-acid (EDTA). Hal inilah yang menjadi alasan mengapa Terapi Kelasi sering pula disebut Terapi EDTA. Setiap sesi Terapi Kelasi membutuhkan waktu sekitar 3 jam. Saat menjalani terapi, pasien diperbolehkan untuk melakukan aktifitas ringan yang tidak mengganggu terapi.
Frekuensi menjalani Terapi Kelasi yang dianjurkan pada setiap orang didasarkan pada usia, berat badan, dan riwayat penyakit lain yang dimiliki oleh pasien. Untuk upaya pencegahan dan pemeliharaan, Terapi Kelasi disarankan untuk dilakukan 2 kali seminggu dengan jumlah infus sebanyak 20 (dalam waktu 10 minggu). Sedangkan pada pasien yang mengalami gangguan kesehatan serius dianjurkan untuk menjalani Terapi Kelasi 2-3 kali seminggu dengan jumlah infus yang dihabiskan sebanyak 30 (dalam waktu 10-15 minggu).
Risiko yang Mungkin Ditimbulkan
Mekanisme kerja dari Terapi Kelasi yang mengikat mineral dalam tubuh memungkinkan pasiennya mengalami defisiensi mineral. Oleh karena itu, pasien Terapi Kelasi perlu mendapat suplemen vitamin dan mineral untuk menggantikan mineral penting yang hilang dari tubuhnya.
Selain itu, pasien dimungkinkan akan mengalami beberapa efek samping dalam masa terapi, diantaranya :
-
Sakit kepala,
-
Demam,
-
Mual dan Muntah,
-
Dehidrasi,
-
Penurunan tekanan darah,
-
Penurunan kadar gula darah,
-
Gangguan produksi sel-sel, dan
-
Berbagai efek samping lainnya.
Terapi Kelasi yang tidak dilakukan secara benar juga dapat berakhir pada komplikasi serius yakni gagal ginjal yang bersifat irreversible (tak dapat diperbaiki), hingga berujung pada kematian.