Masalah infertilitas seringkali menghantui para pria, terutama setelah menikah. Secara garis besar, masalah kejantanan pria dapat disebabkan oleh dua hal, yakni penyebab obstruktif dan non-obstruktif.
Masalah yang terjadi saat ejakulasi, yakni ketika sperma yang diproduksi tidak dapat dikeluarkan dengan benar, maka ada kemungkinan hal ini disebabkan oleh hal-hal obstruktif, seperti infeksi, peradangan, kelainan fisik, hingga cacat bawaan. Kabar baiknya, beberapa masalah infertilitas akibat penyebab obstruktif dapat diobati.
Penyebab kedua adalah bersifat non-obstruktif, dimana mayoritas disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon yang lengsung mempengaruhi produksi sperma. Dalam hal ini diperlukan obat-obatan pengendali hormon untuk memastikan sperma dapat diproduksi dalam jumlah cukup dan berkualitas baik.
Terapi Hormon
Pria yang mengalami masalah kesuburan umumnya akan diberikan suntikan hormon gonadotropin oleh dokter. Gonadotropin digunakan untuk mengobati pria yang tidak dapat memproduksi sperma karena suatu kondisi yang disebut primary hypogonadotrophic hypogonadism, yakni ketika testis tidakmenerima sinyal untuk memproduksi sperma. Hipogonadisme disebabkan oleh kegagalan otak untuk menghasilkan hormon dalam jumlah tepat.
Gonadotropin akan merangsang testis untuk memproduksi testosteron dan sperma, melalui sinyal yang dikirimkan oleh otak. Dua bentuk suntikan gonadotropin yang umum digunakan adalah human menopausal gonadotrophin (hMG) dan human chorionic gonadotrophin (hCG).
Untuk pria, siklus human chorionic gonadotrophin (hCG) berarti memiliki 2-3 suntikan seminggu selama enam bulan. Jika hCG saja tidak bekerja, dosis dapat ditingkatkan atau suntikan tambahan menopause gonadotropin manusia (hMG) dapat membantu.
Obat-obatan
Beberapa pria terkadang mengalami kondisi yang disebut ejakulasi retrograde, yakni ketika sperma justru terejakulasikan ke kandung kemih, bukannya penis. Hal ini biasanya disebabkan oleh diabetes, konsumsi obat-obatan tertentu, hingga efek samping pasca operasi prostat atau uretra.
Pada kondisi ini, terapi hormonal tampaknya kurang bisa membantu. Pasien disarankan mengkonsumsi obat-obatan non-hormonal seperti imipramine sebagai solusi untuk membantu menutup saluran kandung kemih. Jika belum berhasil, maka diperlukan stimulasi electrovibration penis.
Sedangkan untuk masalah kesuburan yang disebabkan oleh infeksi, dapat diatasi dengan mengkonsumsi obat antibiotik.
Hasil Terapi
Meski belum dapat dijamin kesuksesannya, pengobatan dan terapi medis seperti yang disebutkan di atas dapat meningkatkan jumlah sperma pada pria hingga 20 juta sperma dalam sekali ejakulasi. Sekitar 80-90% pria dengan hipogonadisme hypogonadotrophic juga telah mengalami peningkatan jumlah dan kualitas sperma setelah menjalani terapi hormon gonadotropin.
Salah satu studi melaporkan bahwa 40% dari pasien pria yang menjalani terapi infertilitas mampu membuat pasangannya hamil sedikitnya sekali setelah perawatan.