Terapi suportif adalah terapi yang dilakukan bukan untuk menyembuhkan suatu penyebab penyakit, melainkan hanya untuk mengontrol atau mengelola gejala yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut.
Secara umum, terapi suportif melibatkan beberapa prosedur diantaranya, transfusi darah untuk meningkatkan jumlah sel darah, pemberian antibiotik untuk mengobati infeksi, terapi khelasi zat besi untuk mengobati kelebihan zat besi (efek samping dari transfusi sel darah merah jangka panjang), serta hormon buatan.
Pada kesempatan kali ini, kita akan menyinggung sedikit hal tentang terapi suportif untuk membantu memulihkan Depresi. Berikut ulasan singkat yang disampaikan oleh ahli kesehatan mental, Dr. Jerry Kennard, pada situs healthcentral.com:
Tidak semua penderita depresi memiliki kesadaran atau keinginan untuk menjalani terapi. Hal ini sangat bergantung pada perasaan atau pengalaman pasien yang harus dieksplorasi lebih jauh. Dalam kondisi seperti ini, dibutuhkan konseling yang bisa juga dikombinasikan dengan psikoterapi suportif untuk memberikan alternatif terapi yang jauh lebih bermanfaat dan dapat diterima dengan baik oleh pasien.
Sepanjang sesi konseling, konselor memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi dan mengklarifikasi isu-isu yang berkaitan dengan depresi yang dialami oleh pasien. Konselor biasanya akan lebih memfokuskan analisis pada hal-hal di masa kini ketimbang hal yang terjadi di masa lalu. Meski begitu, konselor juga harus bisa mempertimbangkan seberapa berat masa lalu pasien berpengaruh pada kejadian depresi yang dialaminya. Di saat bersamaan, konselor juga harus bisa memberikan rasa aman dan nyaman pada pasien melalui sesi konseling tersebut.
Terapi suportif untuk pasien depresi melibatkan pemberian obat antidepresan. Selain itu, dokter maupun tenaga kesehatan terlatih lainnya juga melakukan terapi suportif melalui jaminan penyediaan kenyamanan, empati, dan saran untuk pasien. Pendekatan ini sangat efektif untuk meredakan tekanan atau masalah yang terjadi di keseharian pasien. Terapis juga harus menggali lebih jauh tentang hubungan pasien dengan orang tua, teman-teman, rekan kerja, ataupun orang-orang yang biasa bersosialisasi dengan pasien.
Terapi suportif menggunakan cara-cara praktis yang tersedia untuk membantu meringankan masalah depresi pasien. Seorang terapis profesional harus mampu menginspirasi dan memberi harapan pad pasien, bahkan di saat-saat terburuknya. Terapis harus fokus pada aspek positif dari pengobatan dan mampu menyampaikan informasi dengan benar tentang karakteristik depresi yang diderita oleh pasien, serta bagaimana cara mengelolanya.
Kata Kunci Pencarian: terapi suportif