Vitiligo merupakan suatu kondisi dimana sebagian permukaan tubuh Anda kehilangan sel melanosit, sejenis sel yang membentuk melanin (zat warna pada kulit, mata, dan rambut). Penderita vitiligo biasanya tampak memiliki bercak putih pada kulitnya dengan bentuk yang tidak teratur. Tak hanya pada kulit, mata, dan rambut, Vitiligo bahkan dapat terjadi pada selaput mukosa tubuh seperti di mulut dan hidung.
Hingga saat ini belum diketahui penyebab pasti vitiligo. Namun, beberapa ahli kesehatan berpendapat bahwa vitiligo merupakan reaksi autoimun dimana sistem kekebalan tubuh menerima sinyal yang salah dan menyerang sel melanosit di beberapa bagian tubuh penderitanya. Hal ini juga dimungkinkan terjadi jika seseorang memiliki gangguan genetik.
Meski dianggap tak berbahaya, vitiligo membuat banyak penderitanya merasa kurang percaya diri. Oleh karena itu ditawarkan sejumlah terapi mulai dari penggunaan obat-obatan, terapi menggunakan alat, hingga operasi untuk memperbaiki kondisi kulit pasien vitiligo. Beberapa diantaranya diklaim aman dan cocok untuk digunakan secara jangka panjang, namun tak sedikit pula yang berpotensi menimbulkan efek samping serius.
Pengobatan
Pada dasarnya penggunaan obat tak dapat menghentikan proses hilangnya sel melanosit pada penderita vitiligo. Pengobatan ini hanya bertujuan untuk menyamakan warna kulit secara sementara.
-
Krim kortikosteroid. Penggunaan kortikosteroid secara topikal pada kulit dapat membantu mengembalikan warna kulit Anda ke warna dasarnya (repigment). Sayangnya, proses ini tak bisa langsung terlihat secara instan. Butuh waktu berbulan-bulan untuk dapat melihat hasilnya.
-
Krim yang mengandung Vitamin D. Krim sejenis Calcipotriene topikal (Dovonex) dapat dikombinasikan dengan kortikosteroid atau sinar ultraviolet untuk membantu meratakan warna kulit. Penggunaan krim ini dalam jangka panjang dapat menimbulkan efek samping seperti kulit kering, ruam, dan gatal-gatal.
-
Obat-obatan yang mempengaruhi sistem imun tubuh. Salep yang mengandung Tacrolimus atau Pimecrolimus (calcineurin inhibitor) terbukti efektif untuk mengatasi masalah depigmentasi pada area kecil pada tubuh, terutama pada wajah dan leher. Tak luput dari efek samping, FDA telah memperingatkan penggunaan salep ini agar digunakan secara hati-hati karena berpotensi menimbulkan limfoma dan kanker kulit.
-
Obat Depigmentasi. Penggunaan obat ini dapat dijadikan sebagai alternatif terakhir jika vitiligo tersebar luas dan pengobatan lain tidak berefek dengan baik. Obat monobenzona yang dioleskan ke permukaan kulit akan secara bertahap mencerahkan warna kulit sehingga tampak menyatu dengan warna kulit yang kehilangan pigmen. Obat ini diberikan sebanyak 2 kali sehari selama 9 bulan atau lebih. Anda juga diharuskan untuk menghindari kontak kulit ke kulit dengan orang lain setidaknya 2 jam setelah Anda menggunakan obat ini.
Terapi Menggunakan Alat
-
Terapi Cahaya. Jenis terapi perawatan ini menggunakan cahaya UVB dengan jangkauan gelombang rendah. Perawatan ini harus dilakukan oleh dokter maksimal hingga 3 kali dalam seminggu.
-
Terapi Laser. Prosedur ini bertujuan untuk mengembalikan warna kulit yang terlalu terang menuju ke warna asli dari kulit penderita Vitiligo. Terapi ini dilakukan dengan menggunakan tembakan sinar UVB dengan gelombang tertentu. Terapi ini memiliki efek samping diantaranya kulit kemerahan, bengkak, gatal-gatal, ataupun menjadi kering. Depigmentasi ini bersifat permanen sehingga kulit Anda akan menjadi lebih sensitif terhadap sinar matahari.
Operasi
Tindakan operasi dilakukan pada pasien vitiligo yang kondisinya tak dapat diperbaiki melalui pengobatan atau terapi biasa saja.
-
Pencangkokan kulit. Prosedur ini hanya bisa dilakukan pada mereka yang menderita vitiligo parah hingga hanya menyisakan sebagian kecil permukaan kulit berwarna normal. Dalam prosedur ini, dokter akan menghilangkan bagian kulit normal tersebut dan menggantinya dengan patch kulit kecil vitiligo. Risiko yang mungkin terjadi setelah dilakukan tindakan ini adalah infeksi, munculnya jaringan parut, dan kulit berjerawat.
-
Blister Grafting. Dalam prosedur ini, Dokter akan membuat permukaan kulit normal Anda menjadi lecet dengan metode penyedotan. Permukaan kulit yang lecet tadi diambil dan ditransplantasikan pada area kulit yang berubah warna. Sama seperti cangkok kulit, prosedur ini juga memiliki resiko untuk menimbulkan jaringan parut pada kulit.
- Tato (Mikropigmentasi). Dalam teknik ini, dokter akan menggunakan alat operasi khusus untuk menanamkan pigmen ke dalam kulit Anda. Teknik ini paling efektif diterapkan di sekitar area bibir, terutama pada orang yang memiliki kulit berwarna gelap. Risiko memudarnya tato merupakan efek samping dari tindakan ini.