Gagal ginjal kronis (CRF) merupakan gangguan fungsi tubuh dimana organ ginjal sudah tidak mampu menyaring albumin (protein darah) yang seharusnya dibuang bersama urin. Kondisi ini akan menyebabkan penderita gagal ginjal mengalami gangguan metabolisme protein, lemak, dan karbohidrat dalam tubuhnya.
Seseorang yang didiagnosa terkena gagal ginjal harus segera mendapat pertolongan medis guna mencegah perburukan kondisi, namun kebanyakan penderita baru pergi ke dokter ketika sudah mengalami gejala kronis. Oleh karena itu tindakan terapi gagal ginjal kronis mutlak harus dilakukan. Berikut adalah beberapa terapi medis yang biasanya dianjurkan untuk dilakukan oleh para penderita gagal ginjal kronis :
Kontrol Hipertensi
Penderita gagal ginjal kronis harus menjaga adar tekanan darah sistoliknya tetap berada di kisaran 120-135 mmHg, dan 70 hingga 80 mmHg untuk tekanan darah diastoliknya. Ringkasnya, penderita gagal ginjal kronis harus mempertahankan tekanan darahnya antara 120/70 mmHg hingga 135/80 mmHg. Obat antihipertensi jenis ACE biasanya akan lebih sering direkomendasikan oleh dokter karena bersifat lebih maan untuk ginjal.
Batasi asupan Protein
Asam amino yang merupakan produk pemecahan protein dalam tubuh akan kembali diproses menjadi karbohidrat, dan limbahnya yang mengandung nitrogen akan dieliminasi oleh ginjal. Pembuangan asam amino berlebih akan memperberat kerja ginjal dan mempercepat perburukan CRF.
Pasien gagal ginjal harus berhati-hati agar tetap mendapat asupan protein dalam jumlah yang tepat. Kekurangan protein juga dinilai tidak baik karena dapat menyebabkan pengecilan otot dan kekurangan gizi. Umumnya, penderita CRF disarankan untuk mendapat asupan protein sebanyak 0,6-0,8 gram/kg/hari.
Mengelola masa pre-stadium akhir gagal ginjal (pre-ESRD)
Treatment pra-ESRD harus dimulai segera setelah laju filtrasi glomerulus (GFR) turun hingga kurang dari 30 mL/menit. Tindakan ini berfokus pada identifikasi dan pengobatan anemia, karena ginjal tidak mampu menghasilkan cukup erythropoetin (EPO) Ketika GFR menyentuh angka sangat rendah.
Mengidentifikasi dan Mengobati Hiperparatiroidisme
Menurunnya fungsi ginjal mengakibatkan terakumulasinya fosfat dalam darah. Fosfat berlebih dalam darah dapat mengurangi kadar kalsium darah dan memicu kelenjar paratiroid (terletak di leher) untuk melepaskan hormon paratiroid berlebih (PTH). PTH kemudian akan larut dalam jaringan tulang dan melepaskan kalsium ke dalam darah. Siklus ini disebut hipertiroidisme sekunder. Jika dibiarkan, penderita akan beresiko mengalami patah tulang, nyeri otot, gatal-gatal, dan komplikasi kardiovaskular sebagai akibat dari penyakit tulang metabolik (osteodistrofi ginjal).
Penderita hipertiroidisme sekunder harus membatasi asupan makanan dan minuman yang tinggi fosfat (misalnya produk susu dan cola). Penderita juga disarankan mengkonsumsi suplemen vitamin D dosisi tinggi (misalnya calcitrol atau hexitrol), yang berfungsi menekan produksi PTH berlebih.
Prosedur Cuci darah atau Transplantasi Ginjal
- Hemodialisis, yakni tindakan pembuangan zat-zat racun dari darah yang disaring melalui membran sementara di luar tubuh.
- Peritoneal dialysis, yakni tindakan filtrasi (penyaringan) dengan memanfaatkan membran selaput rongga perut. Caranya dengan memasukkan cairan ke ruang peritoneal, dan kemudian dibuang setelah selesai.
- Transplantasi ginjal, tindakan ini biasa dicebut juga dengan cangkok ginjal. Tekniknya yaitu dengan memasangkan ginjal dari tubuh pendonor ke tubuh resipien (pasien).