Kecanduan obat merupakan salah satu masalah yang cukup parah yang bisa dialami oleh banyak orang. Bahkan, jika mereka sudah berhenti dari mengonsumsi obat-obatan tersebut, kembali ke rutinitas atau pekerjaan harian tentu cukup menyulitkan. Pasalnya, pandangan masyarakat umum terhadap orang-orang yang pernah kecanduan masih cenderung negatif.
Kecanduan Obat - www.tribunnews.com
“Hari pertama kembali bekerja setelah dirawat karena kecanduan opium yang parah adalah saat yang paling menakutkan dalam hidup saya,” ujar Peter Grinspoon, MD, dalam sebuah kolom di Harvard Health Publishing. “Semua orang di kantor, mulai manajer sampai asisten administrasi, tahu bahwa resep palsu dan tuntutan pidana adalah alasan saya melepaskan jabatan saya sebelumnya. Pikiran saya berputar. Apa yang akan rekan kerja pikirkan tentang saya? Siapa yang mau bekerja sama dengan ‘pecandu’? Apakah mereka akan datang untuk memercayai saya? Apakah saya bahkan pantas berada di sini?”
Ia mengakui bahwa kehidupannya hancur dan terbakar akibat kecanduan, dan kembali ke pekerjaan tampak seperti prospek yang jauh, hampir tidak terlihat di cakrawala. Keuangan, reputasi profesional, dan kehidupan keluarganya sangat buruk karena perilaku kecanduan yang dilakukannya. “Bekerja bukanlah pilihan yang dapat dipertahankan sampai saya menerima perawatan dan menciptakan rekam jejak pemulihan yang solid,” sambungnya.
Stigma Mengenai Kecanduan
Ternyata, transisi kembali bekerja setelah seseorang menderita kecanduan obat bisa membuat sangat stres. Orang yang mulai pulih dari kecanduan sudah cenderung menderita secara tidak proporsional karena rasa bersalah serta malu, dan perasaan ini sering dibawa ke permukaan selama tantangan unik untuk kembali bekerja.
“Stigma inilah yang membedakan kecanduan dari penyakit lain, dan terutama apa yang bisa membuat kembalinya bekerja begitu sulit,” tambah Peter. “Jika saya keluar dari pekerjaan untuk mendapatkan kemoterapi atau karena komplikasi diabetes, saya pasti tidak akan meragukan diri sendiri setelah melanjutkan pekerjaan saya. Namun, dengan kecanduan, karena prasangka yang dialami banyak orang di masyarakat kita, secara psikologis menjadi kompleks dan menghasilkan kegelisahan.”
Peter melanjutkan, apa yang ia lakukan untuk menghadapi situasi seperti ini, adalah ‘teruskan niat Anda’ dan ‘taruh satu kaki di depan yang lain, atau ‘bawalah tubuh Anda, dan pikiran Anda akan mengikuti’. Ketika ia pertama kali mendengar ungkapan-ungkapan ini, ia berpikir bahwa itu hanyalah omong kosong, ungkapan-ungkapan tanpa konten, yang diberikan untuk memotivasi kita melalui masa-masa gelap. “Sekarang, saya pikir itu cukup bijak,” imbuh Peter.
“Ketika saya berjalan melalui pintu kantor pada hari pertama saya kembali, saya benar-benar merasakan tatapan setiap orang terhadap saya, dan saya bertanya-tanya apakah mereka menilai dan mengkritik saya, tetapi saya berhasil sampai ke meja saya tanpa insiden, dan berhasil menguasai diri saya sendiri,” tambah Peter. “Setiap hari, itu menjadi lebih mudah karena saya melakukan pekerjaan dengan baik, memperdalam hubungan saya dengan rekan kerja saya, dan mengumpulkan niat baik, yang pada akhirnya akan menggantikan gambaran negatif yang mungkin menyertai kedatangan saya.”
