Liburan di akhir tahun pelajaran yang cukup panjang bisa menjadi tantangan bagi banyak keluarga. Banyak anak dan remaja merasakan begitu banyak tekanan emosional sehingga mereka mungkin berulang kali menolak pergi ke sekolah, terutama ketika mereka mengalami peralihan dari TK ke SD, SD ke SMP, serta SMP ke SMA.
Penolakan pergi ke sekolah ini bisa dalam berbagai bentuk. Ini dapat mencakup perilaku seperti sering berjuang untuk tiba di sekolah tepat waktu, berangkat sebelum hari sekolah berakhir, atau tidak menghadiri sekolah sama sekali. Sakit kepala, kelelahan, sakit perut, dan gejala kecemasan fisik lainnya dapat menyulitkan untuk berangkat ke sekolah di pagi hari atau merasa perlu pergi lebih awal.
Lalu, apa yang dapat dilakukan orang tua untuk membantu menghentikan siklus penolakan sekolah? Berikut kami berikan beberapa tips menarik.
- Cepat masuk. Masalah sekolah dan hubungan sosial yang tidak terjawab bisa menjadi bola salju, menjadi semakin besar dan lebih sulit dikendalikan ketika bergulir. Waspadai setiap kesulitan yang mungkin dialami anak Anda untuk bersekolah tepat waktu dan tinggal selama sehari penuh. Jika masalah berlangsung lebih dari satu atau dua hari, masuklah.
- Bantu mengidentifikasi masalah. Cobalah mencari tahu mengapa anak Anda menghindari sekolah. Dengan lembut tanyakan, “Apa yang membuat sekolah merasa berat? Apakah anak Anda berjuang secara sosial atau ditindas? Takut serangan panik di ruang kelas? Khawatir tentang kinerja akademik atau berbicara di depan umum? Takut dipisahkan dari orang tuanya selama sehari penuh?”
- Berkomunikasi dan berkolaborasi. Sekolah anak Anda adalah mitra kunci dalam memerangi penghindaran sekolah. Hubungi konselor bimbingan sekolah, psikolog, atau pekerja sosial untuk membagikan apa yang Anda ketahui tentang mengapa anak Anda berjuang untuk bersekolah. Semakin banyak informasi yang dimiliki sekolah, semakin baik mereka akan dapat membantu Anda. Misalnya, anak Anda takut berbicara di depan kelas. Seorang anak mungkin diizinkan untuk memberikan pidato satu-satu kepada seorang guru, kemudian kepada gurunya dan beberapa teman sebaya, dan secara bertahap berbicara di depan kelas.
- Bersikap tegas tentang sekolah. Bersikap empati, tetapi tegaskan bahwa anak Anda harus bersekolah. Katakan padanya Anda yakin dia bisa menghadapi ketakutannya. Biarkan anak Anda tahu bahwa meskipun gejala kecemasan fisik, seperti sakit perut, sakit kepala, dan kelelahan, tentu tidak menyenangkan, tetapi itu tidak berbahaya. Penting bagi anak-anak yang cemas untuk mengetahui bahwa mereka dapat bertahan dan melakukan apa yang perlu mereka lakukan, bahkan ketika mengalami kecemasan fisik.
- Jadikan suasana rumah yang ‘membosankan’. Tidak ada akses tanpa batas ke layar apa pun dan tidak tidur atau bermalas-malasan di tempat tidur kecuali benar-benar sakit. Jelaskan bahwa jika anak atau remaja Anda tidak bersekolah, Anda akan mengumpulkan semua layar dan/atau mematikan data dan Wi-Fi di rumah. Mintalah sekolah untuk mengirimkan pekerjaan bagi anak Anda untuk diselesaikan pada siang hari atau untuk memberi tutor di rumah.
Penghindaran sekolah adalah masalah serius yang bisa memburuk dengan cepat. Bekerja erat dengan sekolah anak Anda, dan sebaiknya Anda berkonsultasi dengan ahli kesehatan mental berlisensi yang mengkhususkan diri dalam kecemasan anak dan dapat mendukung Anda dalam membantu anak Anda kembali terlibat di sekolah. Mintalah konselor bimbingan sekolah atau dokter anak Anda untuk merujuk Anda ke ahli.