Saat ini, kampanye hijau memang semakin digaungkan, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Penanaman pohon terjadi dilakukan di mana-mana. Hal ini tentu saja sangat baik bagi kelestarian lingkungan. Sayangnya, di satu sisi, banyaknya pepohonan, termasuk bunga dengan serbuk sari, bisa sedikit bermasalah bagi mereka yang punya alergi.
Alergi dan Bersin Musiman - www.stylecraze.com
Dilansir dari Harvard Health Publishing, alergi tampaknya lebih buruk dalam beberapa tahun terakhir. Dokter meresepkan steroid hidung dan antihistamin, merekomendasikan obat tetes mata yang dijual bebas, dan membahas cara untuk menghindari alergen jauh lebih sering daripada di masa lalu. Apakah orang lebih stres, bekerja lebih keras, kurang tidur, dan karenanya lebih rentan terhadap alergi? Atau, apakah alergi itu sendiri sebenarnya lebih buruk? Dapatkah perubahan iklim yang memburuk menjelaskan mengapa tingkat alergi dan asma terus meningkat selama beberapa dekade terakhir?
Di negara-negara Barat, alergi musiman cenderung disebabkan secara tidak proporsional oleh pohon di musim semi, rumput di musim panas, dan ragweed di musim gugur. Interval perpanjangan ‘hari bebas es’ (waktu dari es terakhir di musim semi ke es pertama di musim gugur) memungkinkan lebih banyak waktu bagi orang untuk menjadi peka terhadap serbuk sari, tahap pertama dalam mengembangkan alergi, serta untuk kemudian menjadi alergi terhadapnya.
Selain musim alergi yang lebih lama, penderita alergi memiliki hal lain yang perlu dikhawatirkan dengan perubahan iklim. Ketika terkena peningkatan kadar karbondioksida, tanaman tumbuh ke ukuran yang lebih besar dan menghasilkan lebih banyak serbuk sari. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa serbuk sari ragweed, penyebab utama alergi bagi banyak orang, menjadi 1,7 kali lebih kuat di bawah kondisi karbondioksida yang lebih tinggi. Dengan iklim yang memanas, distribusi geografis pabrik penghasil serbuk sari juga meluas.
Konsekuensi lain yang tidak menguntungkan dari perubahan iklim, termasuk banjir di pantai ketika lapisan es mencair, yang menyebabkan permukaan laut naik, dan cuaca yang lebih ekstrem, seperti badai dan kekeringan. Dengan meningkatnya banjir di pesisir, wabah jamur lebih sering terjadi, yang dapat memicu atau memperburuk reaksi alergi dan asma. Peristiwa cuaca yang lebih ekstrem, seperti badai petir, dikaitkan dengan peningkatan kunjungan unit gawat darurat untuk serangan asma.
Tips Mengelola Alergi Musiman
- Bekerja dengan dokter Anda untuk mengobati alergi Anda dengan obat-obatan seperti antihistamin, steroid hidung, obat tetes mata, dan obat asma jika diperlukan. Jika Anda menggunakan obat lain yang dapat berinteraksi dengan obat alergi yang dijual bebas seperti Benadryl atau Sudafed, beri tahu dokter Anda.
- Diskusikan dengan dokter Anda apakah Anda akan mendapat manfaat dari tes alergi, rujukan ke ahli alergi, atau metode pencegahan seperti suntikan alergi atau imunoterapi sublingual.
- Lacak jumlah serbuk sari lokal dan hindari aktivitas luar ruang selama musim puncak serbuk sari, pada hari-hari puncak serbuk sari. Namun, sebagian besar dokter akan setuju bahwa tidak sehat untuk mengurangi olahraga, hobi, atau waktu di alam. Anda dapat merencanakan program latihan dalam ruangan pada hari dengan serbuk sari tinggi.
- Cuci pakaian dan mandi setelah berada di luar ruangan untuk menghilangkan serbuk sari.
- Tutup jendela selama musim puncak alergi atau pada hari-hari berangin.
- Kenakan masker saat berada di luar ruangan selama hari serbuk sari tinggi, dan jaga agar jendela mobil tetap tertutup saat mengemudi.
- Jika rumah Anda kebanjiran, waspadai jamur.
Meskipun tanaman bertanggung jawab atas beberapa serbuk sari yang membuat Anda bersin dan muntah, mereka berkontribusi pada lingkungan dengan mengambil karbondioksida dan menghasilkan oksigen yang kita hirup, sehingga meningkatkan kualitas udara. Kita harus melindungi dan menanam pohon, bahkan sebagai penderita alergi, karena perubahan iklim bisa dibilang ancaman terbesar yang kita hadapi sekarang.
